Sabtu Kelabu

Pernahkah kamu merasa gelisah padahal tidak ada sesuatu yang mestinya digelisahkan?
Pernahkah kamu merasa cemas padahal berada di suatu tempat yang aman dan segala kebutuhan terpenuhi?
Pernahkah kamu merasa bingung dan sepertinya tidak tahu akan berbuat apa padahal banyak yang hal yang seharusnya bisa dikerjakan?



Kata-kata di atas sebenarnya mungkin tidak nyambung banget dengan apa yang akan aku ceritakan di bawah ini :).

07.00 wita
Sabtu pagi yang dingin di musim kemarau berbalut mendung di langit. Dinginnya angin semakin menusuk ketika kumulai berpacu dengan waktu, melintasi pegunungan dan perkampungan bersama motor yupiterZ ku menuju sekolah tempatku mengajar.

Biasanya aku akan senang menyambut hari sabtu karena besoknya hari minggu, hari libur. Walaupun rutinitas tanpa batas yang kujalani menciptakan tak ada weekwend dalam kamusku, namun paling tidak aku bebas dari aktivitas formal.

Sabtu kali ini begitu berbeda dari biasanya, aku merasa berat untuk berangkat ke sekolah, bukannya malas, tapi aku takut melihat satu episode kesedihan di sekolah. Yah, hari sabtu ini bagi raport, hari yang di tunggu oleh murid-murid dalam harap dan cemas. Hari kamis sebelumnya dalam sebuah rapat yang sangat alot antara pro dan kontra, akhirnya diputuskan akan ada satu anak yang bakal ga naik kelas. Keputusan yang sangat pahit sebenarnya, namun tidak banyak kebaikan yang bisa membantu anak murid itu tuk naik kelas, selain nilainya yang pas rata-rata, juga jumlah absen kehadirannya di skul yang sampai 43 hari (cuma absen doang, belum termasuk sakit dan ijinnya). Sesuatu yang tidak bisa ditoleril lagi, karena sekolah kamipun mengutamakan kualitas.

10.00 wita
Sejutek dan sebandel apapun kelakuan murid, takkan pernah meninggal amarah yang terpendam dalam hati seorang guru, karena guru memiliki hati seluas samudera.
Tidak seperti biasanya murid yang bakal tidak naik kelas tadi mendadak jadi pendiam (feeling kali ye), biasanya dia yang paling jutek dan bore.
Ada rasa sedih dan tak tega juga melihat wajah polos dan sendu murid itu. Ah, tapi apa mau dikata, sudah jadi keputusan rapat anak itu tidak naik kelas. Tes, airmataku menetes dalam hening, biarlah sedih ini kusimpan sendiri.

12.00 wita
Aku sudah sampai ke rumah, istirahat sebentar tuk melepas lelah. Gak ada yang kebetulan di dunia ini, semua sudah di atur oleh Allah, tapi emang kebetulan Mama sudah dua hari ini ga ada di rumah (apa sih kata yang tepat tuk mengganti kata ’kebetulan’), pergi ke Banjarmasin ke tempat keluarga Mama yang ngadain walimahan anaknya. Dus, berasa banget ga ada Mama di rumah, harus nyiapin makanan sendiri dirumah, dan yang paling repot adalah mengelola toko, aku dan abah ngos-ngosan melayani pembeli, belum lagi nyari barang yang stoknya habis di toko. Selama ini memang Mama lah yang menghandle semua tetek bengek barang di toko, kami cuma membantu doang. Baru dua hari ditinggal Mama, aku udah merasa kehilangan Mama, betapa berartinya kehadiran Mama dalam keluarga kami.

15.30 wita
Aku bersiap-siap tuk pergi ke skul lagi, tapi bukan skul formal. Yah, setiap sabtu sore aku ngajar di paket B-sekolah nonformal-di desa Banua Hanyar Batumandi, sekitar 15 km dari rumah. Matahari masih terik kala itu, Bismillah, dengan memanjatkan doa kuberharap keselamatan dalam perjalananku. Sudah separuh perjalanan kulalui, terdengar dering sms di hp, setelah menepi di jalan ku buka sms, ternyata dari tutor yang sama mengajar di paket B juga. Isi smsnya

ga usah ke skul Bu, warga belajar ga ada yang datang, saya juga mau pulang neh
.

Ya Allah, aku hanya bisa berkata lirih dalam hati, sedih kembali menyeruak. Akhir-akhir ini memang susah sekali memotivasi warga belajar tuk datang ke skul. Mereka akan banyak yang datang, bila mendengar kabar di skul berbagi buku, baju kaos dan logistik lainnya atau ada ulangan. Dengan terpaksa ke putar balik arah motorku menuju Paringin kembali.

16.30 wita
Aku kembali ke toko, membantu abah menutup toko. Dan seperti biasanya sore hari- alhamdulillah-selalu banyak pembeli yang berbelanja, kadang sampai kewalahan juga melayaninya. Menjelang maghrib baru selesai menutup tokonya.

19.00 wita
Maghrib telah berlalu, sambil istirahat ku Moblog di hp. Mampir di blognya Anazkia. Astaghfirullah ternyata malam ini da konferensi perdana klub buku online (KBO) yang emang udah lama kutunggu. Akupun me-add YMnya Anazkia sebagai syarat tuk ikut konfrens. Waktu terus berjalan, hingga tibalah waktu konfrensnya.

Singkat kata, singkat cerita akupun harus banyak bersabar dan kembali bersedih, ternyata jaringan koneksi malam itu lagi gangguan, di tambah mati lampu pula. Akupun hanya bisa ikut gabung sebentar setelah beberapakali terus mencoba nyambung koneksi, sebelum akhirnya koneksi benar-benar putus. Hiks….hiks sedih banget, padahal aku sudah menunggu lama konfrens KBO nya. But. That’s Ok! Mudahan lain kali bisa ikut gabung di KBO berikutnya...:)

Read More......

Guruku Sayang (Surat cinta dari seorang murid sekaligus guru)

Assalamu’alaikum,

Saya tulis surat ini untuk ibu-ibu dan bapak-bapak guru yang pernah saya kenal sepanjang hidup saya…

Hari ini, setelah kurang lebih 18 tahun berlalu dalam hidup saya bersama ibu dan bapak semua baik di pendidikan formal maupun informal, meninggalkan sepotong episode masa lalu dan kenangan, episode sejarah yang membuat saya kini merasakan bahagia dalam ilmu. Saya akhirnya bisa ada di posisi yang sama seperti yang bapak dan ibu ‘tempati’. Ya. Alhamdulillah, saya juga seorang guru sekarang, setelah melalui perjalanan panjang tentunya.

Perasaan saya? Alhamdulillah senang tentu. Namun kalau kembali menengok ke masa lalu, ada perasaan malu sedikit, karena jujur waktu memutuskan jurusan kuliah, jadi guru bukanlah pilihan pertama saya. Jurusan kuliah pilihan pertama saya adalah teknik sipil. Namun takdir berkata lain, justru pilihan kedualah yang lulus.

Kuliah di fakultas keguruan telah menempa paradigma dan pemahaman saya tentang arti seorang guru. Saat lulus kuliah saya tidak langsung mengabdi jadi seorang guru, tapi malah melenceng kerja di rumah sakit umum daerah, karena dulu saat lulus kuliah ada yang langsung nawarin kerja di RS. Hitung-hitung cari pengalaman kerja, ya sudah saya ambil pekerjaan itu. Namun setelah kurang lebih dua tahun kerja di sana, ada sesuatu yang hilang dalam jiwa, merasa kehilangan cita-cita. Cita-cita yang mulai tertempa saat kuliah. Akhirnya kerja di RS pun saya tinggalkan.

Sekarang, walau baru sebentar menjalani profesi ini. Saya merasakan jadi guru bukanlah pekerjaan yang mudah. Betapa jadi guru bukan hanya sekedar mengajar saja, tapi juga mendidik dan mengabdi. Guru harus jadi garda terdepan dalam penyampaian kurikulum. Padahal tau aja kurikulum kita puadettnya minta ampun. Sementara seorang guru yang baikkan tidak hanya harus menyelesaikan kurikulum itu, dia juga harus menanamkan pemahaman tentang mata pelajaran dan nilai keteladanan ke murid-murid. Jangan sampai murid hanya pintar menghapal doang, padahal nggak ngerti apa-apa. Apalagi kalau hanya pintar nyontek (hiks...hikss... amanah yang berat)

Saya sadar, jadi seorang guru juga harus dibekali kesabaran yang tinggi plus pengertian dan kelapangan hati yang seluas samudera.
Musti banyak istighfar menghadapi murid yang bandelnya minta ampun, jutek atau yang suka cekikikan dalam kelas saat pelajaran berlangsung (wah, kayaknya saya banget tuh waktu jaman skul dulu hehehe,, maaf-maafkan ya Pak, Bu).

Jadi guru berarti siap sabar, siap sport jantung, siap ngajar dan siap ditinggal murid-muridnya.
Seorang guru kerapkali disebutkan punya satu wajah dominan: PENGABDIAN. Bagaimanapun beratnya pilihan menyampaikan informasi, ilmu dan makna pada anak didik adalah pilihan jiwa. Di dalamnya ada resiko kesepian, di dalamnya juga ada hasrat perpanjangan kearifan.
Seorang guru adalah saksi terasing, namun setelah mendidik murid-muridnya, ia tetap tidak akan melupakan mereka, dan tidak akan melepaskan cintanya dari mereka.

Terlepas dari begitu banyaknya tuntutan terhadap sosok bernama guru itu, saya jadi berpikir kalau seharusnyalah sosok guru itu benar-benar merupakan perpaduan antara ketangguhan, kecerdasan, keluasan wawasan, dan sumber kasih sayang.

By the way, sekian dulu surat dari murid sekaligus guru sekarang. Terimakasih yang sebesar-besarnya buat semua guru yang telah berjasa mendidik anak-anak bangsa.
Doakan saya mampu menjadi guru yang bisa jadi orang tua, kakak dan sahabat bagi murid-murid saya. Dan jadi guru yang baik dan benar juga tentunya :)


Wassalam

Read More......

Siapa Bersantai Saat Bekerja, Dia Akan Menyesal Saat Pembagian Upah

Semoga Allah SWT merahmati orang yang telah mengucapkan kalimat berikut,
”Barang siapa bersantai-santai di saat bekerja,
akan menyesal saat pembagian upah,
ia akan menanggung akibat atas kelambanannya dalam menuntaskan pekerjaannya”.

Ada daya tarik tersembunyi terletak dalam antagoni detil-detil kata yang tertuang di situ, pesonanya menyebar pada kerja dan pengaruhnya teramat dahsyat dalam kehidupan.Kalimat ini benar-benar menguatkan kesabaranku.

Berminggu-minggu jari-jemariku bersalsa di atas tuts kompi, merajut semua emosi manusia dalam berbagai peristiwa kehidupanku menjadi sublim, berpacu dengan kantuk yang tak mau ketinggalan untuk menciptakan zona kenyamanan, menguap bersama karbondioksida yang kuhembuskan. Walau kutau kandungan kafein yang berlebih tidak baik bagi kesehatan, namun sepertinya minuman itu sudah menjadi teman setia begadangku. Dan sesekali teman-teman yang baik hati ikut membantu menemaniku menghilangkan rasa kantuk yang secara jahil kadang menggelayut juga di pelopok mataku. Walau hanya lewat dunia maya namun kehadiran mereka sangat berarti bagi diriku. Thank’s for all, Jazakumullahu Ahsanal Jaza’.

Setelah berkutat dengan pekerjaan dan amanah yang terasa tidak ada habis-habisnya, Alhamdulillah akupun telah mendapatkan hasilnya, ganjaran yang tidak pernah terbayangkan olehku, sangat lumayan untuk membiayai kebutuhan bensin dan pulsaku bulan ini. Walaupun tujuanku mengerjakan semuanya bukan karena emosi finansial, terlebih karena rasa profesional yang mulai kuterapkan dalam duniaku.
Dan sangat wajarkan disaat kita selesai mengerjakan tugas dan amanah, orang lain akan memberi imbalan atas pekerjaan itu *paling kecil ucapan terima kasih* dan sangat mubazir kalau kita menolak rejeki itu (teori pribadi saya hehehe,,,).

Lalu apakah kelelahan dan kesibukan telah usai???

Hmm,, tidak ternyata.
Aku kembali mendapat amanah baru yang lebih menantang adrenalin,,

Read More......

Sengketa di Perairan Ambalat

Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba Malaysia memberikan konsesi pengelolaan migas di perairan Ambalat kepada perusahaan minyak asal Belanda, Shell, pada 16 Februari 2005 lalu. Malaysia memberikan konsesi wilayah pertambangan yang mereka namakan Blok ND7 dan ND6, setelah Shell memenangkan blok migas itu bulan September 2004. Malaysia menganggap wilayah perairan di Ambalat adalah masuk dalam wilayah kekuasaan mereka sesuai dengan konvensi PBB tentang hukum laut.

Mengapa Malaysia begitu ngotot dengan klaim mereka atas Ambalat. Malaysia nekat mengklaim Blok Ambalat berdasarkan peta yang dibuat secara sepihak pada tahun 1979. Peta tersebut telah memasukkan Pulau Sipadan dan Ligitan sebagai Wilayah Malaysia. Pada tahun 2002 Malaysia memperoleh legitimasi atas peta tahun 1979 dengan adanya putusan Mahkamah Internasional yang memutuskan Pulau Sipadan dan Ligitan berada di bawah kedaulatan Malaysia..

Dan memang demikianlah adanya. Setelah mengumumkan pemberian konsesi wilayah Ambalat kepada Shell, Malaysiapun bertindak agresif. Kapal-kapal nelayan Indonesia yang masuk wilayah yang mereka klaim di kejar-kejar, bahkan salah satunya ditabrak dengan sengaja. Peristiwa itu terjadi beberapa tahun yang lalu dan dalam waktu yang belum terlalu lama. Dan saat ini Malaysia kembali bertingkah mengobok-obok perairan Ambalat.

Kita tentu heran, mengapa persoalan ini tidak kunjung diantisipasi oleh pemerintah. Padahal kalau mengacu kepada konvensi Hukum Laut pada 1982 di Jamaica, Malaysia tidak masuk dalam kategori negara maritim sehingga tidak bisa mengklaim bahwa kawasan Ambalat itu sebagai wilayah Zona ekonomi Eklusif (ZEE)-nya. Di konvensi itu, yang termasuk negara kepulauan diantaranya Indonesia dan Filipina. Tidak ada Malaysia di sana. Jadi hak Indonesia di wilayah itu sangat kuat dan tidak bisa dipandang sebelah mata.

Sesungguhnya, Malaysia sudah memasukkan wilayah perairan Ambalat sebagai wilayah kedaulatannya sebelum memenangkan Sipadan-Ligitan, yaitu melalui peta yang dibuat tahun 1979 secara sepihak. Peta konvensional itu tentu saja tidak d akui oleh negara-negara yang berbatasan langsung dengan Malaysia, seperti Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, termasuk Indonesia. Akibatnya wilayah laut di perairan daerah Ambalat menjadi sengketa perbatasan.

Sengketa di Peraitan Ambalat harus di selesaikan satu demi satu, karena tidak bisa ditentukan sepihak. Artinya Indonesia tidak berhak menentukan sepihak, dan Malaysia juga tidak berhak menentukan sepihak. Maka jalan terbaik adalah melaksanakan perundingan bilateral diantara keduanya.

Bila perundingan bilateral tidak dapat menghasilkan kesepakatan antara Indonesia dan Malaysia mengenai perairan Ambalat. Mengapa tidak mencoba jalan joint exploration dan joint exploitation. Dengan membagi dua daerah yang bersengketa, kemudian dilakukan eksplorasi bersama. Hasilnya dibagi 50 : 50 antara kedua negara dan dibawa ke negara masing-masing. Mungkin jalan ini bisa menguntungkan kedua belah pihak. Karena, kita ketahui di perairan Ambalat cukup tersedia cadangan minyak. Wilayah itu akan dapat dieksplorasi lebih ekonomis, kalau Indonesia mau menggabungkan kemampuan sumber daya alam kita dengan Malaysia. Juga pada aspek transportasinya, diperlukan kapal-kapal tangker untuk membawanya ke negara masing-masing, atau diperlukan pipa-pipa laut untuk mengalirkan sumber daya alam itu ke negara masing-masing. Jadi bebannya bisa dipikul bersama. Sehingga tidak ada jalan buntu untuk mengatasi persengketaan itu. Tidak ada lagi sekarang di dunia beradab menyelesaikan sengketa bilateral dengan senjata. Itu termasuk dalam penyelesaian cara-cara yang tidak beradab.

Dengan adanya peristiwa Ambalat, hendaknya dapat dijadikan pelajaran bagi pemerintah Indonesia mendatang, betapa perlunya kekuatan armada perang Indonesia diperbaiki kekuatan dan kualitasnya. Karena kalau armada dan peralatan yang dikerahkan untuk mengawasi perairan dan daerah teritorial sudah berusia tua, maka tidak menutup kemungkinan Indonesia akan terus dilecehkan. Dan jika persoalan lemahnya persenjataan militer Indonesia ini tidak segera diantisipasi, maka tentu akan sangat sulit untuk menjaga kedaulatan wilayah Indonesia yang mencapai 7 juta kilometer persegi dengan puluhan ribu pulaunya.[]

Read More......

KAPMEPI Narsis




Walau ga up to date, tapi ga ada kata yang basi kan untuk sebuah tulisan.

Berkisah tentang pelatihan Kader Pengembangan Moral Etika Pemuda Indonesia (KAPMEPI) tingkat Provinsi yang aku ikuti 21-23 Mei di Banjarmasin tadi.
Pelatihan kepemudaan yang difasilitasi oleh Kementerian Negara Pemuda dan olahraga, Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda. Peserta pelatihan terbatas hanya umtuk 50 pemuda pilihan (undangan khusus loh!!!^_*v),utusan berbagai organisasi pemuda yang ada di Kalsel.

Pelatihan yang kegiatannya cuma tiga hari itu benar-benar full materi. Dari materi Heart Intellegent (HI) yang ga selesai-selesai walau sudah jam 01.30 malam, hingga materi HI dilanjutkan Jumat siang sampai jam 11.30. Materi HI telah sukses membuat peserta tersungkur, bersujud, nangis, merasa diri banyak banget punya dosa, benar-benar Tadzkiyatun Nafs alias Pensucian Jiwa, jadi kayak Muhasabah Diri. Belum lagi materi-materi kepemudaan yang bikin Semangat NASIONALISME kami Bangkit, hingga terpatri di alam bawah sadar dan jaring-jaring neuron NKRI HARGA MATI (ciee, ganyang tuh Malaysia yang coba menyentil pulau Ambalat lagi). walhasil pelatihan ini juga sukses melukiskan lingkaran hitam di bawah kelopak mata kami. Pokoke TOP BGT deh kegiatannya.

Read More......