Untuk Mereka yang Masih Saling Menyapa

Orang yang tak dikenal. Cuma orang luar. Cuma pernah bertemu di jalan. Barangkali itulah ungkapan yang kita pakaikan untuk berbagai orang yang pernah kita jumpai sejenak dalam perjalanan. Namun boleh jadi orang yang tak dikenal, bertemu cuma sebentar, mereka yang kemudian menyisakan kesan “aneh”, karena ternyata mau peduli, mau berbagi cerita. Meski setelah itu kita kembali terputus dengan meraka.

Teringat kata A’a Gym, “mustahil seseorang dipertemukan dengan orang lain tanpa menjadikannya sebagai ilmu”.

Pengalaman itupun ku alami sendiri ketika meneruskan perjalanan dari Martapura menuju Banjarmasin (lanjutan cerita antara Martapura, Sungai Tabuk dan Banjarmasin).

###

Ada apa dengan Sungai Tabuk??
Mungkin bagi kebanyakan orang, sungai Tabuk tidak terlalu berkesan. Tapi tidak bagi jiwa petualangku. Sore itu setelah dari Martapura, aku memilih ke Banjarmasin lewat Sungai Tabuk. Ada beberapa alasan kenapa kupilih jalan pintas itu.

Pertama, ingin cepat sampai ke Kayutangi, karena konon katanya lewat sana lebih cepat. Kedua, lewat sungai Tabuk merupakan pengalaman pertamaku,, jujur walau pernah tinggal 7 tahun di Banjarmasin, dan sering bolak-balik Banjarmasin – Martapura. Namun sekali-kali tidak pernah lewat jalan itu.

Akhirnya dengan berbekal keberanian dan sedikit petunjuk jalan dari si Mbak “ikuti jalan aspal ganal ja, sampai aja tu kena ke banjar”. Aku meneruskan perjalanan, menikmati suguhan alami panoramanya. Dan walhasil pada simpang tiga jalan yang sama luasnya aku terhenti.

Bingung jalan mana yang harus kuambil, dengan berbekal rumus ngawur mengenai konsep tersesat “pilih terus arah kanan, kalau tersesat di jalan, nanti bakal ketemu sama jalan yang benar”. Dan akhirnya ilmu sok tau aku benar-benar gagal,, aku tersesat pada jalan yang rusak T_T.

Dan kali ini pepatah “malu bertanya sesat di jalan” emang jadi pelajaran berharga.
Setelah yakin berada pada jalan yang benar, kulanjutkan perjalanan.

Sore semakin beranjak petang, gumpalan awan semakin menghitam di ufuk sana. Tirai kabut air terlihat jelas di ujung jalan. Tes, tetesan air hujan mengenai telapak tanganku, perlahan namun semakin deras curahan airnya tumpah. Kuputar balik motorku untuk berteduh di semua warung di pinggir jalan. Ternyata ada bapak-bapak juga yang ikut berteduh di warung.

Ketika itu sempat terjadi percakapan antara aku dan si bapak-bapak (selanjutnya ditulis Bapak 1 dan Bapak 2).

Sambil asyik minum teh hangat,, obrolan kecil mulai terjadi:

Bapak 1: Dari mana pak?
(matanya menatap ke arah bapak 2,, hohoho nggak mungkin menatap aku kan :)

Bapak 2: dari Negara, eh tepatnya Babirik (sepertinya si bapak 1 takut orang itu tidak familiar dengan nama Babirik)

Bapak 1: o ya, musim apa sekarang di sana?

Bapak 2: Tidak musim apa-apa, sampean mau kemana juga?
(cerita mengalir dari percapakan mereka,, dan aku waktu itu cuma nguping pembicaraan, sambil memperhatikan anak-anak yang main sepakbola. Tak sadar hati ini merutuk. “MasyaAllah, anak-anak. Tidak tau apa kalau main bola di tengah lapang, sangat berbahaya, bisa-bisa di sambar petir, belum lagi beceknya yang minta ampun”.)
Bapak 2: Ke Marabahan, istri saya orang sana (kupingku berdiri mendengar kata Marabahan, sepertinya ada peluang buat nimbrung)

Saya: ke Marabahan ya Pak? Tanyaku. Gimana jembatan Ulin dekat tikungan itu, masih rusak yah?? (sok tau ku keluar :)

Bapak 2: oh jembatan itu,, sekarang sudah diperbaiki. Dulu saya pernah kecelakaan di sana, menabrak pagar jembatan dan motor saya jatuh ke sungai. waktu itu malam-malam istri saya mau melahirkan, saya panik dan lupa sama jembatan itu.

Saya: wahh,, tertanya kita sama pak, saya juga pernah menabrak pagar jembatan itu. Muka motor saya rusak berat, setangnya bengkok, dan tebengnya patah. Untungnya motor saya tidak ikut nyungsep ke sungai, dan saya Alhamdulillah baik-baik aja. Cuma lutut aja kebiruan dan sempat tidak bisa jalan sebentar, karena terhantam pagar jembatan juga. (huaa,, kami sama-sama punya pengalaman buruk di jembatan itu).

Bapak 1: “Mau kemana dek?” Bapak 1 ikut ngobrol jua.

Saya : mau ke Kayutangi, katanya lewat sini lebih dekat. Dan ini adalah pertama kalinya saya lewat jalan ini.

Bapak 1: kalau siang lewat sini aman-aman saja, tapi kalau malam sebaiknya jangan lewat sini, apalagi sendirian. Karena banyak jalan-jalan yang masih sepi dari rumah penduduk, rawan kejahatan. Dan berpesan singkat “hati-hati”

Saya : oh gitu yah pak, terimakasih pesannya.

Setengah jam berlalu, hujan mulai reda. Cuma gerimis-gerimis kecil tersisa. Saatnya untuk melanjutkan perjalanan. Setelah membayar teh hangat kami pun beranjak meninggalkan warung itu.

###

Ada percakapan kecil antara bapak-bapak itu yang berkesan, tentang basa-basi perkenalan “musim apa di sana sekarang”. Sebuah basa-basi biasa namun bisa mengakrabkan suasana. Basa-basi terkadang diperlukan dalam kehidupan. Namun, jujur walau terkadang aku muak dengan basa-basi yang tidak mengandung empati, basa-basi yang penuh embel-embel.

Akhirul kalam...
Setiap perjalanan yang kulalui sehari-hari, memberikanku begitu banyak keindahan. Memberikanku pemahaman. Alam ini diciptakan bukan sekedar pelengkap kenikmatan hidup. Namun ia hadir dengan berjuta pelajaran yang harus kita rengkuh untuk memberi arti dan makna bagi kehidupan kita.


Read More......

Antara Martapura, Sungai Tabuk, dan Banjarmasin


Siang itu. Matahari terus beranjak naik, meninggalkan panas di ubun-ubun. Terlihat para peserta pelatihan keluar ruangan sambil menenteng sebuah amplop dan sertifikat. Pelatihan selama 5 hari di Martapura telah usai. Perlahan tapi pasti para peserta mulai meninggalkan lokasi, pulang ke daerah masing-masing.

Ketika itu hari Sabtu pukul 14.00 wita. Aku masih terpaku, bingung antara mau pulang atau tidak, suara hati dan logika mulai berkelahi. Yah,, akhirnya logika yang menang, ga mungkin aku berani mengambil resiko naik motor sendirian, melintasi perjalanan 170 km kurang lebih, dan kemalaman di jalan. Akhirnya kuputuskan untuk pulang besok pagi minggu.

Ho ho ho,, kali ini bukan cerita tentang pelatihan tutor paket C yang baru saja aku ikuti, tapi ceritaku belajar dari perjalanan...


Mumpung masih hari Sabtu dan besoknya masih hari libur, kuputuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Banjarmasin. Namun sebelum itu mampir dulu di rumah kerabat di Martapura.

Siang terus beranjak, cahaya putih membara belum meredup, namun sesekali awan hitam menutupi teriknya sang mentari. Meninggalkan sedikit hawa dingin pada bumi. Episode pembelajaran di mulai dari sini. Pertama yang kulakukan adalah mampir di toko buah, membeli sedikit buah untuk kerabat yang akan kukunjungi.

Bab I pembelajaran

Mampir di rumah kerabat, sebut saja beliau dengan Mbak, rumahnya berada di Tanjung Rema, Martapura. Mbak yang perjuangan hidupnya sangat keras, mbak yang punya 3 orang anak, dengan anak terakhir yang masih balita mengalami cacat fisik. Hidup terpisah dengan suaminya yang tinggal di Handil Bakti Banjarmasin, semua ini di lakukan untuk mencari nafkah keluarga. Si Mbak pun ternyata tidak mau berpangku tangan menunggu pemberian sang suami saja. Dengan sepeda butut dia bersama anak balitanya tiap hari mendatangi salah satu rumah di komplek perumahan, menjadi buruh cuci bulanan, dengan gaji 150 ribu perbulan. Gaji yang sangat rendah, jauh di bawah UMR. Aku sempat protes dan berkata “Kok, bisa serendah itu gajinya. Namun raut keikhlasan terpancar di wajahnya, dan dengan santai beliau berkata “yah, daripada tidak ada pekerjaan buat nambahin biaya hidup yang semakin tinggi”. Pembelajaran pertama sudah selesai, dan sebelum meninggal tempat Mbak, aku memberikan sekantong buah dan sedikit uang untuk belanja si kecil, hitung-hitung berbagi rejeki honor pelatihan .

Bab II pembelajaran

Setelah dari rumah si Mbak, ku lanjutkan perjalanan ke rumah kerabat yang satu lagi di Jalan Pendidikan. Masih sama di Martapura juga. Supaya mudah ku sebut saja beliau dengan bude. Bude yang satu ini hidupnya sangat bersahaja, separuh dari rumahnya masih berlantaikan tanah. Punya anak 8 orang, ah sampai nama-nama anak beliaupun aku sering lupa. Anak yang banyak ternyata tidak membuat rejeki beliau ikut banyak. Malah anak beliau yang sudah menikah sering ikut numpang makan di rumahnya, hingga pembagian jatah piring ikut bertambah. Setiba di rumah beliau, sontak sambutan hangat mengalir dari bibir beliau. Kedekatanku dengan beliau membuat ragam cerita tumpah ruah begitu saja. Mulai dari cerita anak lelaki beliau yang berinjak remaja terlibat pergaulan bebas, hingga sering mabuk-mabukan sama gengnya. Duh,, miris hati ini mendengarnya.

Hening sejenak,,
Beliau kembali bicara, namun kali diiringi tawa-tawa kecil, beliau berkata “San, tuh coba lihat meja makan Bude”,, sambil senyum ku bilang “ah,, ngapain bude, orang sudah makan juga waktu sebelum penutupan pelatihan tadi, masih kenyang kok”.

Hening kembali menyeruak,,

Kemudian lirih beliau berkata “tidak ada makanan apa-apa di meja, tidak ada beras yang bisa di masak, dan tidak ada uang untuk membeli beras. Pakde kamu masih belum pulang dari bekerja, mudahan sore nanti pakde bawa uang. Untungnya adik-adikmu yang kecil tidak rewel minta makan. Yah, kalau ada nasi mereka makan, kalau tidak mereka diam aja”.

Tes,, airmata menetes di hatiku. Yah, Cuma di hati, sekuat tenaga ku tahan agar buliran-buliran halus tidak menetes dari mata ini. Tak tau dan tak mengerti harus berkata apa. Apakah ini sebuah kepasrahan, ketidakberdayaan, atau malah sebuah kemalasan ketika hanya mengharap pemberian dari pakde. Berbeda sekali dengan mbak yang tak kenal lelah menjadi buruh cuci untuk membantu suami mencari nafkah.
Seperti sebelumnya, ketika ingin pulang kuberikan kantong buah yang satunya lagi dan kembali berbagi rejeki uang honor pelatihan. Masyaallah beliau menangis menerima sedikit uang yang kuberikan. Dan spontan beliau memanggil anak lelakinya, beliau berkata ”Nduk, ini kakakmu ada kasih sedikit uang, kamu ke toko wan haji yah, beli beras sama minyak tanah”.

Tak mau berlama-lama di sana, aku langsung pamit pulang untuk meneruskan perjalanaan ke Banjarmasin.

Sebuah pelajaran penting dalam hidupku dari dua fragmen yang berbeda. Antara kegigihan dan kepasrahan…

Situasi hidup yang diberikan Allah kepada memang berbeda-beda. Tingkat kesulitannya pun beragam. Di antara kita, ada banyak orang yang sangat jauh dari kemudahan-kemudahan. Mereka bercengkerama dengan situasi yang seolah memaksanya untuk pasrah. Namun di sisi lain, ada pula di antara yang melimpah dengan kemudahan.

Kesulitan dan kemudahan, sebenarnya adalah dua situasi yang selalu akan kita temui. Ia bisa menjadi pilihan, tetapi terkadang lahir dari sebuah tekanan, paksaan atau faktor yang lain.

Hahayy,, melankolis cerita kali ini. Eiitt,, tunggu dulu cerita masih bersambung, karena ini baru secuil cerita di Martapura, belum sampai ke Banjarmasin.

Read More......

Futur Menulis


Tiada kata dan bahasa yang patut diucap kecuali kata malu. Malu menyebut diri sebagai blogger. Terlalu lama jemari ini tidak menari lincah, merangkai hentakan-hentakan ritmis. Terakhir aku menulis saat bulan kemerdekaan, di mana jemari inipun merasa bebas bersalsa. Namun setelah bulan kemerdekaan lewat, kembali jemari ini terkungkung. Terkungkung oleh rutinitas dan rasa malas. Tidak ada alasan dan alibi memang, kecuali rasa malas. Malas untuk memulai menulis, aku terlena dengan kesibukan dan rutinitas. Kalau dalam istilah Tarbiyah, saat ini aku sedang Futur. Futur menulis. Disebut sedang hibernasi ataupun hiatus juga tidak pantas, karena aku sering berkomentar dan menulis status di facebook.

Jiaahh,,

Mungkin agak lucu kalo aku menjadikan amanah tambahan di luar ngajar sebagai alasan futur menulis, namun memang begitulah adanya. Entah kenapa amanah yang berhubungan dengan uang selalu jadi jatahku. Dulu waktu masih kuliah, 2 periode kepengurusan organisasi aku bercokol di departemen dana dan usaha. Waktu kerja di RS juga ngurusin klaim alat operasi. Dan ketika pindah haluan, pulang kampung, mengajar, dan akhirnya mendirikan Iqro Club Balangan bersama teman-teman, lagi-lagi aku di minta jadi bendahara umum. Mencoba meraba-raba alasannya, apa mungkin ini karena aku seorang pedagang??? *weleh-weleh*. Dan, semua itu Alhamdulillah masih bisa kulaksanakan.

Namun sekarang yang benar-benar bikin kalang kabut ketika aku menjadi bendahara di sekolah baru. Penunjukan sepihak oleh kepsek tanpa bisa kutolak. Bayangkan aku yang berlatar ilmu eksak dari SMA sampai kuliah harus berhadapan dengan rencana anggaran, LPJ dan pajak. Belajar dan belajar, nanya kesana-kemari tentang segala tetek bengek dana BOS, sudah kulakukan. Tapi tetap saja lelet, faktor usia juga kali yah, sekarang tambah susah aja tuk menangkap ilmu (ngawur.com hehehe,,).
Ada yang bertanya” loh, bendahara lamanya mana??” hmm… jangan tanyakan itu, karena bendahara lama seolah-olah lepas tangan.

Begadang tiap malam sudah jadi rutinitasku sekarang.
Dan, apabila suatu hari teman-teman berpapasan dengan perempuan yang agak sedikit gendut (karena kebanyakan ngemil tengah malam kali ye, hehehe) lemas, pucat, tak terawat, gurat letih yang nampak jelas di wajah, mata yang lelah karena kurang tidur, mungkin itulah aku. Yah, aku hanya sedikit lelah. itu saja. Tapi aku akan berusaha memberikan senyum terindah untuk kalian saat berjumpa (Oops,, lebayy)

Bagaimana aku harus menjelaskan? Teman...aku hanya manusia lemah yang jauh dari kesempurnaan. Aku tak berani berjanji tuk sering menulis,, namun aku akan berusaha mengikat imaji-imaji agar tidak terbang bebas, hingga di saat aku ingin bercerita, ku bisa menariknya kembali.



Read More......

JANGAN MAU DIJAJAH..!!!

“Sekali MERDEKA TETAP MERDEKA, selama semangat itu masih DI JIWA SEORANG SANG MERDEKA”

Kata-kata di atas merupakan forward sms dari seorang teman nun jauh di sana, persis pada tanggal 17 Agustus tadi. Tergelitik hati untuk menulis tentang kemerdekaan juga saat masih hangat-hangatnya momentum 17an, namun apa daya aktivitas dan rutinitas tak mengijinkannya. Alhamdulillah baru bisa sekarang nulisnya.

Kalau melihat kata MERDEKA maka tak luput hati ini juga akan teringat dengan kata JAJAHAN.

Menilik kembali sms teman di atas, “JIWA SEORANG SANG MERDEKA”.
Timbul pertanyaan benarkah diri kita sudah merdeka?
Atau malah saat ini diri kita sedang terjajah?
Terjajah oleh kelakuan kita sendiri?Wallahu’alam

Tengoklah hari-hari yang sudah berlalu dan boleh jadi kita terkesima. Karena, ternyata selama ini diri kita sendiri yang menjajah hidup kita lewat berbagai cara. Padahal sebenarnya kita bisa menjadi manusia yang merdeka. Manusia yang mengetahui apa yang ingin kita tuju, yang mampu merancang langkah-langkah untuk mencapainya, dan tahan dalam proses merancang dan meraihnya.

Pemisah antara merdeka dan terjajah sangatlah tipis. Pemisahnya ada pada hati kita sendiri. Saat kita memutuskan memilih antara berdosa atau beramal shalih, antara meniti jalan kebaikan atau tenggelam dalam kemungkaran. Antara menyerahkan penghambaan kepada Allah atau kepada hawa nafsu sendiri.

KEMERDEKAAN SEJATI adalah KEMERDEKAAN IMAN. Tak ada yang lebih merdeka dari orang beriman. Sebab ia tidak merasa memiliki penjajah. Tidak juga orang lain. Kemerdekaan memberi arti pada banyak fungsi kehidupan. Secara social, hanya orang-orang merdeka, yang bisa meniti jalan kedermawanan. Mereka 0rang-orang yang tidak harus merasa dijajah oleh duniawinya, oleh kekayaannya. Mereka meletakkan uang di atas tangannya. Bukan memenuhi isi otaknya. Maka ia bisa berbagi, memberi, tetapi ia juga merasa sah untuk menikmati apa yang halal dari karunia Allah. Ia mengerti kapan harus tampil dengan pantas, makan dengan pantas, sebagai penjabaran dari menunjukkan ‘bekas-bekas’ nikmat Allah.

Tidak ada penderitaan melebihi pahitnya dijajah diri sendiri. Terlebih bagi orang-orang yang tidak menyadari. orang yang tidak menyadari kenyataan bahwa DOSA, KESALAHAN, JALAN HIDUP KOTOR, KEMALASAN, adalah PENJAJAHAN ATAS DIRI SENDIRI, yang akan mengalami situasi dimana jiwanya terasa kering dan gersang. Mungkin ia bisa menghibur diri dengan nyanyian bahagia, atau mimpi-mimpi duniawi yang megah. Tetapi sebenarnya hal itu tidak menghapus kegalauan.
Di batas ini kesadaran punya peran besar dalam mengantarkan kita menjadi manusia merdeka. Ya, kesadaran. Pengakuan paling mendasar dari hati nurani dan suara hati. Orang-orang yang beriman bukan berarti tak pernah salah, atau tak pernah dosa. Mereka pernah salah, pernah berdosa, tapi kesadaran yang selalu dijaga nyawa dan nyalanya, telah membuat orang mukmin punya system recovery yang handal. Allah swt mengabarkan, “sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (QS, Al-A’raf:201)

MENJADI MANUSIA YANG MELEPASKAN PENJAJAHAN PADA DIRI SENDIRI, INILAH PUNCAK KESADARAN YANG MELAHIRKAN KEMERDEKAAN, SEKALIGUS MELAHIRKAN KEBAHAGIAAN.





Read More......

Geng Hantu vs RT Sembilan


Tak ingin larut terlalu lama dalam kesedihan atas meninggalnya 2 seniman Indonesia. Akupun mulai mencoba mengais-ngais memori yang terpendam di otak. Sebuah momentum, cerita indah saat liburan sekolah bulan Juli tadi.

Momentum yang terekam indah adalah reunian dan syukuran alumni Bio 01 di Banjarmasin. Outbond Iqro club dan sekolah nanti aja insyaallah diceritain.

Sekian lama tak bertemu teman2 kuliah dulu, kurang lebih 3,5 tahun setelah kelulusan. Alhamdulillah bisa kembali ngumpul ma teman2 satu perjuangan di kampus. Acara reunian ini tercetus saat angkatan kami banyak yang lulus tes CPNS tahun 2009, rekor lulus cpns terbanyak dibanding tahun2 sebelumnya. Sok, sebagai luapan kegembiraan kita-kita (hmm,,, kita!! Mereka aja kale, aku juga hehe) diadainlah acara reunian dan syukuran di kampus. Dengan sponsor utama yang udah dapat gaji ke13 (waduuuh ada yang merasa kerampokan tuh gajinya).


By the way,, dengan perjuangan keras penuh titik peluh dan pulsa tuk ngabarin dan ngumpulin teman2 dari bulan Februari, alhamdulillah akhirnya kamis 9 Juli kemarin baru bisa dilaksanain. Sempat berkhayal andai bisa konferens dengan teman-teman, tentu tidak akan sesulit itu komunikasi antara kami. Tidak bolak-balik sms ke sana dan konfirmasi ke sini.

Tiga tahun tak berjumpa, ternyata sifat teman2 ga berubah banyak. Masih pada suka cekakak-cekikik, ada yang tetap bore (bore apa yah??1), ada yang masih setia dengan plin-plannya,, pokoke masih berjuta rasanya...

Acara syukurannya di adain di dua tempat, di kampus dan rumah Nini Ayya (Sorayya Efyunie, ssttt... jangan bilang2 yah, Ayya adalah putri SEKDAKOT Banjarmasin!!!). Sempat sedih juga sih waktu di kampus tidak bisa ketemu sama semua dosen. Terutama Pak Zai, saat dikonfirm beliau masih dalam perjalanan menuju kampus, dan saat itu kami tidak bisa menunggu beliau lagi, kami harus segera meluncur ke rumah Nini Ayya karena sebagian teman2 udah pada kumpul di sana. Padahal neh aku pengen banget ketemu sama Pak Zai, secara beliau adalah dosen pembimbing skripsiku yang baik banget.

Sesampai di rumah Nini Ayya, ternyata di sana sudah ada Datu Diah bersama suami en anak laki2nya, ada Kai Aji sama Istri mudanya –Acil Ana- yang ternyata udah punya momongan (istri pertama Kai aji adalah Nini Ayya), ada Abang Sani (masih jomblo euy), Cimay, Acil Rahmi sama si kecil juga. Mawar (putri dari Paminggir :)), Nana-Owen, Erma, Eka, Tilah, Ifit, Memes yang sudah tampak kelelahan mengarak perutnya (maklum hamil tua) dan tak ketinggalan Mba Muly yang kemayu xi...xi...xi. Serta masih banyak teman-teman yang ga disebutin namanya (karena sebagian emang ga datang,, hiks hiks)

Cerita seru, sedih, dan lucu mengalir begitu saja dari mulut kami, seputar berita teman- teman selama terpisah. Cerita di mulai dari teman yang di tembak sama kakak tingkat, tapi cuma sempat ngedate 1 minggu habis tuh putus. eee,,saat reunian sudah menggandeng pendamping baru. *geleng-geleng*.
Belum lagi kasusnya si Wiwid yang dapat finalty katanya dari Ortu hingga ga bisa datang ke reunian.

Reuni berakhir dengan acara makan-makan, jam 3 sudah pada bubar. Selain itu juga empunya rumah-Nini Ayya-harus segera ke bandara karena ingin pergi ke Jakarta, penerbangan jam 4 sorenya.

setelah selesai reuniannya, kami lanjut dengan roadshow ke rumah Nyonya Sugi, teman yang satu ini ga bisa datang karena baru habis melahirkan, dengan bayi kembar pengantin xi,, xi,, xi,, lucu sekali bayinya. Tak lupa nyamperin si biang kerok Nisa,, ini dia neh satu-satunya teman kami yang udah bergelar Master, bulan Maret tadi dia nyelesaiin S2nya di Malang. Dia adalah sie panitia di Banjarmasin yang menjembatani komunikasi dengan dosen di kampus. Tapi malangnya saat hari H, Nisa ga datang, Hp dia dihubungi ga diangkat. Waktu di tanyain kenapa ga datang, dia jawab ”lupa”, trus kenapa Hp ga di angkat waktu kami hubungi, dia bilang 'Hp ketinggalan di rumah” (GUBRAKKK deh teman yang satu ini, kuliah S2 bikin otaknya penuh kali ye,, he he he)

Ok,,, lalu apa hubungannya dengan Geng Hantu ma Rt Sembilan???
Ho Ho Ho,,, itu adalah nama populasi di komunitas angkatan Bio 01.



Read More......

Si Burung Merak terbang bersama I Love You Full



INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI’UN,,,,

“Setiap Yang Bernyawa Pasti Mati,,,”


Tanah merah di pusara Mbah “I Love You Full” Surip belum kering. Sebelumnya sempat tidak percaya ketika chating ada teman yang memberi tahu kepergian beliau. Karena merasa Mbah Surip baru beberapa bulan ini saja terkenal lewat lagunya ‘’Tak gendong kemana-mana”. Memang usia, jodoh dan rejeki hanya Allah yang Maha Mengetahuinya. Mbah Surip pun menutup usia pada tanggal 4 Agustus 2009.

Dunia Seni Indonesia kembali berduka. Tokoh teater modern Indonesia, WS Rendra, yang dikenal dengan julukan Si Burung Merak, meninggal dunia pada usia 74 tahun. Sejak beberapa waktu lalu lewat berbagai media memang sempat dikabarkan beliau mengalami berbagai gangguan kesehatan.

WS Rendra sang Maestro Sastra, ahli dalam mengupas tentang lunturnya etika dan budaya lokal yang memunculkan banyak persoalan di masa sekarang ini. Begitulah Rendra, sampai di usia senjanya ia masih kritis kepada penguasa. Karya-karya beliau takkan lekang di makan zaman. Seniman senior WS Rendra menutup usia pada tanggal 6 Agustus 2009.

Bukan latah ikut-ikutan nulis tentang kepergian 2 Seniman Indonesia, namun saya ikut merasa kehilangan 2 Seniman besar negeri ini. Ada rasa sedih menyeruak dari dalam hati, terlepas dari kontraversi yang melanda Mbah Surip akhir-akhir ini.

SELAMAT JALAN SI BURUNG MERAK,,
TERBANGLAH DENGAN DAMAI MENUJU TEMPAT-NYA
DAN
MBAH SURIP,,
SEMOGA MENDAPAT “I LOVE YOU FULL” DARI YANG MAHA KUASA



Read More......

Seruni di hati Coey_paringin

Alhamdulillah,,,

Senang banget bisa nulis lagi, setelah sekian lama vacuum.

Satu bulan ga nulis di blog, asli bikin kangen nih jari-jemari tuk bersalsa di atas tuts kompi, menuangkan cerita-cerita biasa saja, namun secuil kata yang terangkai akan sangat berarti bagiku.

Teringat petuah teman yang tinggal jauh dari peradaban (ciee, lebayy). Enggak kok, dianya tinggal di daerah pinggiran Sungai Barito, tepatnya di desa Paminggir, Danau Panggang (ups,, siapa bilang jauh dari peradaban, Lanting di sungai Barito mah sekarang ada hotspotnya, sok sambil maunggut bisa ngenet, hehehe,,, sorry).

weleh,,weleh ngalur-ngidul kemana tuh bu,,

Gitu deh kalo lama ga nulis, jadi blank. Banyak ide dan cerita yang beterbangan begitu saja ke udara. Hingga susah payah tuks ngumpulin lagi. Ibaratnya neh, seperti elektron yang berpindah-pindah , meloncat dari satu kulit atom ke kulit atom lainnya, sambil menyerap dan membebaskan energy, beredar bebas di lintasannya.

Wualahh,, ngomong apalagi tuh,, hehe

Kembali ke petuah teman tadi, dia bilang “menulis adalah kekayaan yang tak ternilai, karena ia merupakan buah karya pikiran kita”. *SEPAKAT*

Sok, sebenar ga ada alasan, aku ga nulis di Bulan Juli tadi karena sibuk bikin LPJ dana BOS. Atau pembelaan diri vacuum karena pusing bikin RPP IPA, dan ngurus IQRO CLUB yang bentar lagi InsyaAllah bakal garap pesantren ramadhan di beberapa sekolah. Fuiiihhh.



Read More......

Sabtu Kelabu

Pernahkah kamu merasa gelisah padahal tidak ada sesuatu yang mestinya digelisahkan?
Pernahkah kamu merasa cemas padahal berada di suatu tempat yang aman dan segala kebutuhan terpenuhi?
Pernahkah kamu merasa bingung dan sepertinya tidak tahu akan berbuat apa padahal banyak yang hal yang seharusnya bisa dikerjakan?



Kata-kata di atas sebenarnya mungkin tidak nyambung banget dengan apa yang akan aku ceritakan di bawah ini :).

07.00 wita
Sabtu pagi yang dingin di musim kemarau berbalut mendung di langit. Dinginnya angin semakin menusuk ketika kumulai berpacu dengan waktu, melintasi pegunungan dan perkampungan bersama motor yupiterZ ku menuju sekolah tempatku mengajar.

Biasanya aku akan senang menyambut hari sabtu karena besoknya hari minggu, hari libur. Walaupun rutinitas tanpa batas yang kujalani menciptakan tak ada weekwend dalam kamusku, namun paling tidak aku bebas dari aktivitas formal.

Sabtu kali ini begitu berbeda dari biasanya, aku merasa berat untuk berangkat ke sekolah, bukannya malas, tapi aku takut melihat satu episode kesedihan di sekolah. Yah, hari sabtu ini bagi raport, hari yang di tunggu oleh murid-murid dalam harap dan cemas. Hari kamis sebelumnya dalam sebuah rapat yang sangat alot antara pro dan kontra, akhirnya diputuskan akan ada satu anak yang bakal ga naik kelas. Keputusan yang sangat pahit sebenarnya, namun tidak banyak kebaikan yang bisa membantu anak murid itu tuk naik kelas, selain nilainya yang pas rata-rata, juga jumlah absen kehadirannya di skul yang sampai 43 hari (cuma absen doang, belum termasuk sakit dan ijinnya). Sesuatu yang tidak bisa ditoleril lagi, karena sekolah kamipun mengutamakan kualitas.

10.00 wita
Sejutek dan sebandel apapun kelakuan murid, takkan pernah meninggal amarah yang terpendam dalam hati seorang guru, karena guru memiliki hati seluas samudera.
Tidak seperti biasanya murid yang bakal tidak naik kelas tadi mendadak jadi pendiam (feeling kali ye), biasanya dia yang paling jutek dan bore.
Ada rasa sedih dan tak tega juga melihat wajah polos dan sendu murid itu. Ah, tapi apa mau dikata, sudah jadi keputusan rapat anak itu tidak naik kelas. Tes, airmataku menetes dalam hening, biarlah sedih ini kusimpan sendiri.

12.00 wita
Aku sudah sampai ke rumah, istirahat sebentar tuk melepas lelah. Gak ada yang kebetulan di dunia ini, semua sudah di atur oleh Allah, tapi emang kebetulan Mama sudah dua hari ini ga ada di rumah (apa sih kata yang tepat tuk mengganti kata ’kebetulan’), pergi ke Banjarmasin ke tempat keluarga Mama yang ngadain walimahan anaknya. Dus, berasa banget ga ada Mama di rumah, harus nyiapin makanan sendiri dirumah, dan yang paling repot adalah mengelola toko, aku dan abah ngos-ngosan melayani pembeli, belum lagi nyari barang yang stoknya habis di toko. Selama ini memang Mama lah yang menghandle semua tetek bengek barang di toko, kami cuma membantu doang. Baru dua hari ditinggal Mama, aku udah merasa kehilangan Mama, betapa berartinya kehadiran Mama dalam keluarga kami.

15.30 wita
Aku bersiap-siap tuk pergi ke skul lagi, tapi bukan skul formal. Yah, setiap sabtu sore aku ngajar di paket B-sekolah nonformal-di desa Banua Hanyar Batumandi, sekitar 15 km dari rumah. Matahari masih terik kala itu, Bismillah, dengan memanjatkan doa kuberharap keselamatan dalam perjalananku. Sudah separuh perjalanan kulalui, terdengar dering sms di hp, setelah menepi di jalan ku buka sms, ternyata dari tutor yang sama mengajar di paket B juga. Isi smsnya

ga usah ke skul Bu, warga belajar ga ada yang datang, saya juga mau pulang neh
.

Ya Allah, aku hanya bisa berkata lirih dalam hati, sedih kembali menyeruak. Akhir-akhir ini memang susah sekali memotivasi warga belajar tuk datang ke skul. Mereka akan banyak yang datang, bila mendengar kabar di skul berbagi buku, baju kaos dan logistik lainnya atau ada ulangan. Dengan terpaksa ke putar balik arah motorku menuju Paringin kembali.

16.30 wita
Aku kembali ke toko, membantu abah menutup toko. Dan seperti biasanya sore hari- alhamdulillah-selalu banyak pembeli yang berbelanja, kadang sampai kewalahan juga melayaninya. Menjelang maghrib baru selesai menutup tokonya.

19.00 wita
Maghrib telah berlalu, sambil istirahat ku Moblog di hp. Mampir di blognya Anazkia. Astaghfirullah ternyata malam ini da konferensi perdana klub buku online (KBO) yang emang udah lama kutunggu. Akupun me-add YMnya Anazkia sebagai syarat tuk ikut konfrens. Waktu terus berjalan, hingga tibalah waktu konfrensnya.

Singkat kata, singkat cerita akupun harus banyak bersabar dan kembali bersedih, ternyata jaringan koneksi malam itu lagi gangguan, di tambah mati lampu pula. Akupun hanya bisa ikut gabung sebentar setelah beberapakali terus mencoba nyambung koneksi, sebelum akhirnya koneksi benar-benar putus. Hiks….hiks sedih banget, padahal aku sudah menunggu lama konfrens KBO nya. But. That’s Ok! Mudahan lain kali bisa ikut gabung di KBO berikutnya...:)

Read More......

Guruku Sayang (Surat cinta dari seorang murid sekaligus guru)

Assalamu’alaikum,

Saya tulis surat ini untuk ibu-ibu dan bapak-bapak guru yang pernah saya kenal sepanjang hidup saya…

Hari ini, setelah kurang lebih 18 tahun berlalu dalam hidup saya bersama ibu dan bapak semua baik di pendidikan formal maupun informal, meninggalkan sepotong episode masa lalu dan kenangan, episode sejarah yang membuat saya kini merasakan bahagia dalam ilmu. Saya akhirnya bisa ada di posisi yang sama seperti yang bapak dan ibu ‘tempati’. Ya. Alhamdulillah, saya juga seorang guru sekarang, setelah melalui perjalanan panjang tentunya.

Perasaan saya? Alhamdulillah senang tentu. Namun kalau kembali menengok ke masa lalu, ada perasaan malu sedikit, karena jujur waktu memutuskan jurusan kuliah, jadi guru bukanlah pilihan pertama saya. Jurusan kuliah pilihan pertama saya adalah teknik sipil. Namun takdir berkata lain, justru pilihan kedualah yang lulus.

Kuliah di fakultas keguruan telah menempa paradigma dan pemahaman saya tentang arti seorang guru. Saat lulus kuliah saya tidak langsung mengabdi jadi seorang guru, tapi malah melenceng kerja di rumah sakit umum daerah, karena dulu saat lulus kuliah ada yang langsung nawarin kerja di RS. Hitung-hitung cari pengalaman kerja, ya sudah saya ambil pekerjaan itu. Namun setelah kurang lebih dua tahun kerja di sana, ada sesuatu yang hilang dalam jiwa, merasa kehilangan cita-cita. Cita-cita yang mulai tertempa saat kuliah. Akhirnya kerja di RS pun saya tinggalkan.

Sekarang, walau baru sebentar menjalani profesi ini. Saya merasakan jadi guru bukanlah pekerjaan yang mudah. Betapa jadi guru bukan hanya sekedar mengajar saja, tapi juga mendidik dan mengabdi. Guru harus jadi garda terdepan dalam penyampaian kurikulum. Padahal tau aja kurikulum kita puadettnya minta ampun. Sementara seorang guru yang baikkan tidak hanya harus menyelesaikan kurikulum itu, dia juga harus menanamkan pemahaman tentang mata pelajaran dan nilai keteladanan ke murid-murid. Jangan sampai murid hanya pintar menghapal doang, padahal nggak ngerti apa-apa. Apalagi kalau hanya pintar nyontek (hiks...hikss... amanah yang berat)

Saya sadar, jadi seorang guru juga harus dibekali kesabaran yang tinggi plus pengertian dan kelapangan hati yang seluas samudera.
Musti banyak istighfar menghadapi murid yang bandelnya minta ampun, jutek atau yang suka cekikikan dalam kelas saat pelajaran berlangsung (wah, kayaknya saya banget tuh waktu jaman skul dulu hehehe,, maaf-maafkan ya Pak, Bu).

Jadi guru berarti siap sabar, siap sport jantung, siap ngajar dan siap ditinggal murid-muridnya.
Seorang guru kerapkali disebutkan punya satu wajah dominan: PENGABDIAN. Bagaimanapun beratnya pilihan menyampaikan informasi, ilmu dan makna pada anak didik adalah pilihan jiwa. Di dalamnya ada resiko kesepian, di dalamnya juga ada hasrat perpanjangan kearifan.
Seorang guru adalah saksi terasing, namun setelah mendidik murid-muridnya, ia tetap tidak akan melupakan mereka, dan tidak akan melepaskan cintanya dari mereka.

Terlepas dari begitu banyaknya tuntutan terhadap sosok bernama guru itu, saya jadi berpikir kalau seharusnyalah sosok guru itu benar-benar merupakan perpaduan antara ketangguhan, kecerdasan, keluasan wawasan, dan sumber kasih sayang.

By the way, sekian dulu surat dari murid sekaligus guru sekarang. Terimakasih yang sebesar-besarnya buat semua guru yang telah berjasa mendidik anak-anak bangsa.
Doakan saya mampu menjadi guru yang bisa jadi orang tua, kakak dan sahabat bagi murid-murid saya. Dan jadi guru yang baik dan benar juga tentunya :)


Wassalam

Read More......

Siapa Bersantai Saat Bekerja, Dia Akan Menyesal Saat Pembagian Upah

Semoga Allah SWT merahmati orang yang telah mengucapkan kalimat berikut,
”Barang siapa bersantai-santai di saat bekerja,
akan menyesal saat pembagian upah,
ia akan menanggung akibat atas kelambanannya dalam menuntaskan pekerjaannya”.

Ada daya tarik tersembunyi terletak dalam antagoni detil-detil kata yang tertuang di situ, pesonanya menyebar pada kerja dan pengaruhnya teramat dahsyat dalam kehidupan.Kalimat ini benar-benar menguatkan kesabaranku.

Berminggu-minggu jari-jemariku bersalsa di atas tuts kompi, merajut semua emosi manusia dalam berbagai peristiwa kehidupanku menjadi sublim, berpacu dengan kantuk yang tak mau ketinggalan untuk menciptakan zona kenyamanan, menguap bersama karbondioksida yang kuhembuskan. Walau kutau kandungan kafein yang berlebih tidak baik bagi kesehatan, namun sepertinya minuman itu sudah menjadi teman setia begadangku. Dan sesekali teman-teman yang baik hati ikut membantu menemaniku menghilangkan rasa kantuk yang secara jahil kadang menggelayut juga di pelopok mataku. Walau hanya lewat dunia maya namun kehadiran mereka sangat berarti bagi diriku. Thank’s for all, Jazakumullahu Ahsanal Jaza’.

Setelah berkutat dengan pekerjaan dan amanah yang terasa tidak ada habis-habisnya, Alhamdulillah akupun telah mendapatkan hasilnya, ganjaran yang tidak pernah terbayangkan olehku, sangat lumayan untuk membiayai kebutuhan bensin dan pulsaku bulan ini. Walaupun tujuanku mengerjakan semuanya bukan karena emosi finansial, terlebih karena rasa profesional yang mulai kuterapkan dalam duniaku.
Dan sangat wajarkan disaat kita selesai mengerjakan tugas dan amanah, orang lain akan memberi imbalan atas pekerjaan itu *paling kecil ucapan terima kasih* dan sangat mubazir kalau kita menolak rejeki itu (teori pribadi saya hehehe,,,).

Lalu apakah kelelahan dan kesibukan telah usai???

Hmm,, tidak ternyata.
Aku kembali mendapat amanah baru yang lebih menantang adrenalin,,

Read More......

Sengketa di Perairan Ambalat

Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba Malaysia memberikan konsesi pengelolaan migas di perairan Ambalat kepada perusahaan minyak asal Belanda, Shell, pada 16 Februari 2005 lalu. Malaysia memberikan konsesi wilayah pertambangan yang mereka namakan Blok ND7 dan ND6, setelah Shell memenangkan blok migas itu bulan September 2004. Malaysia menganggap wilayah perairan di Ambalat adalah masuk dalam wilayah kekuasaan mereka sesuai dengan konvensi PBB tentang hukum laut.

Mengapa Malaysia begitu ngotot dengan klaim mereka atas Ambalat. Malaysia nekat mengklaim Blok Ambalat berdasarkan peta yang dibuat secara sepihak pada tahun 1979. Peta tersebut telah memasukkan Pulau Sipadan dan Ligitan sebagai Wilayah Malaysia. Pada tahun 2002 Malaysia memperoleh legitimasi atas peta tahun 1979 dengan adanya putusan Mahkamah Internasional yang memutuskan Pulau Sipadan dan Ligitan berada di bawah kedaulatan Malaysia..

Dan memang demikianlah adanya. Setelah mengumumkan pemberian konsesi wilayah Ambalat kepada Shell, Malaysiapun bertindak agresif. Kapal-kapal nelayan Indonesia yang masuk wilayah yang mereka klaim di kejar-kejar, bahkan salah satunya ditabrak dengan sengaja. Peristiwa itu terjadi beberapa tahun yang lalu dan dalam waktu yang belum terlalu lama. Dan saat ini Malaysia kembali bertingkah mengobok-obok perairan Ambalat.

Kita tentu heran, mengapa persoalan ini tidak kunjung diantisipasi oleh pemerintah. Padahal kalau mengacu kepada konvensi Hukum Laut pada 1982 di Jamaica, Malaysia tidak masuk dalam kategori negara maritim sehingga tidak bisa mengklaim bahwa kawasan Ambalat itu sebagai wilayah Zona ekonomi Eklusif (ZEE)-nya. Di konvensi itu, yang termasuk negara kepulauan diantaranya Indonesia dan Filipina. Tidak ada Malaysia di sana. Jadi hak Indonesia di wilayah itu sangat kuat dan tidak bisa dipandang sebelah mata.

Sesungguhnya, Malaysia sudah memasukkan wilayah perairan Ambalat sebagai wilayah kedaulatannya sebelum memenangkan Sipadan-Ligitan, yaitu melalui peta yang dibuat tahun 1979 secara sepihak. Peta konvensional itu tentu saja tidak d akui oleh negara-negara yang berbatasan langsung dengan Malaysia, seperti Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, termasuk Indonesia. Akibatnya wilayah laut di perairan daerah Ambalat menjadi sengketa perbatasan.

Sengketa di Peraitan Ambalat harus di selesaikan satu demi satu, karena tidak bisa ditentukan sepihak. Artinya Indonesia tidak berhak menentukan sepihak, dan Malaysia juga tidak berhak menentukan sepihak. Maka jalan terbaik adalah melaksanakan perundingan bilateral diantara keduanya.

Bila perundingan bilateral tidak dapat menghasilkan kesepakatan antara Indonesia dan Malaysia mengenai perairan Ambalat. Mengapa tidak mencoba jalan joint exploration dan joint exploitation. Dengan membagi dua daerah yang bersengketa, kemudian dilakukan eksplorasi bersama. Hasilnya dibagi 50 : 50 antara kedua negara dan dibawa ke negara masing-masing. Mungkin jalan ini bisa menguntungkan kedua belah pihak. Karena, kita ketahui di perairan Ambalat cukup tersedia cadangan minyak. Wilayah itu akan dapat dieksplorasi lebih ekonomis, kalau Indonesia mau menggabungkan kemampuan sumber daya alam kita dengan Malaysia. Juga pada aspek transportasinya, diperlukan kapal-kapal tangker untuk membawanya ke negara masing-masing, atau diperlukan pipa-pipa laut untuk mengalirkan sumber daya alam itu ke negara masing-masing. Jadi bebannya bisa dipikul bersama. Sehingga tidak ada jalan buntu untuk mengatasi persengketaan itu. Tidak ada lagi sekarang di dunia beradab menyelesaikan sengketa bilateral dengan senjata. Itu termasuk dalam penyelesaian cara-cara yang tidak beradab.

Dengan adanya peristiwa Ambalat, hendaknya dapat dijadikan pelajaran bagi pemerintah Indonesia mendatang, betapa perlunya kekuatan armada perang Indonesia diperbaiki kekuatan dan kualitasnya. Karena kalau armada dan peralatan yang dikerahkan untuk mengawasi perairan dan daerah teritorial sudah berusia tua, maka tidak menutup kemungkinan Indonesia akan terus dilecehkan. Dan jika persoalan lemahnya persenjataan militer Indonesia ini tidak segera diantisipasi, maka tentu akan sangat sulit untuk menjaga kedaulatan wilayah Indonesia yang mencapai 7 juta kilometer persegi dengan puluhan ribu pulaunya.[]

Read More......

KAPMEPI Narsis




Walau ga up to date, tapi ga ada kata yang basi kan untuk sebuah tulisan.

Berkisah tentang pelatihan Kader Pengembangan Moral Etika Pemuda Indonesia (KAPMEPI) tingkat Provinsi yang aku ikuti 21-23 Mei di Banjarmasin tadi.
Pelatihan kepemudaan yang difasilitasi oleh Kementerian Negara Pemuda dan olahraga, Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda. Peserta pelatihan terbatas hanya umtuk 50 pemuda pilihan (undangan khusus loh!!!^_*v),utusan berbagai organisasi pemuda yang ada di Kalsel.

Pelatihan yang kegiatannya cuma tiga hari itu benar-benar full materi. Dari materi Heart Intellegent (HI) yang ga selesai-selesai walau sudah jam 01.30 malam, hingga materi HI dilanjutkan Jumat siang sampai jam 11.30. Materi HI telah sukses membuat peserta tersungkur, bersujud, nangis, merasa diri banyak banget punya dosa, benar-benar Tadzkiyatun Nafs alias Pensucian Jiwa, jadi kayak Muhasabah Diri. Belum lagi materi-materi kepemudaan yang bikin Semangat NASIONALISME kami Bangkit, hingga terpatri di alam bawah sadar dan jaring-jaring neuron NKRI HARGA MATI (ciee, ganyang tuh Malaysia yang coba menyentil pulau Ambalat lagi). walhasil pelatihan ini juga sukses melukiskan lingkaran hitam di bawah kelopak mata kami. Pokoke TOP BGT deh kegiatannya.

Read More......

secuil hati yang berdenting

ketika pikiran buntu tuk merawang masa depan
ketika lidah kelu tuk bicara kebenaran
ketika hati bosan tuk mengikhlaskan dinamika kehidupan
ketika jari-jemari kaku tuk berkisah tentang dunia

ke mana ide dan gagasan??
entahlah...
akupun tak tahu...
pikiranku buntu...
tanganku kaku...
seberkas pikiran itupun seakan mengembara ke negeri tak bertuan


maka...
saat ini kucoba tuk menulis
mengumpulkan kepingan abjad yang terlindas jaman
menyulam kata yang tercecer di ujung masa
merangkai tiap-tiap kalimat menjadi puzzle-puzzle cerita
menyibak makna
menguak tabir rahasia
tentang fatamorgana dunia yang menyilaukan

dan...
akupun kembali menulis
menulis apa yang bisa kutulis
menulis lagi tentang aku,,
tentang resah
tentang kecewa
tentang cinta dan asa

Read More......

Cermin Alam






Melalui hembusan angin,
kurasakan kelembutan jiwa
Melalui gemerisik dedaunan,
kudengar riuh zikir alam raya bertasbih
Melalui kicau burung,
kudengar syahdunya harmoni alam
Melalui suara jangkrik,
kuresapi keheningan semesta
Melalui derasnya aliran sungai,
kudapati kesejukan jiwa
Melalui gumpalan tirai-tirai putih di angkasa,
kutemukan kemegahan cakrawala


Setiap perjalanan yang kulalui sehari-hari, memberikanku begitu banyak keindahan. Memberikanku pemahaman. Alam ini diciptakan bukan sekedar pelengkap kenikmatan hidup. Namun ia hadir dengan berjuta pelajaran yang harus kita rengkuh untuk memberi arti dan makna bagi kehidupan kita. Alam ini, dengan segala macam kejadian dan peristiwa yang kita jumpai di atasnya, menjadi perantara bagi kita untuk menemukan kesadaran bahwa hidup ini harus menyembah, bertasbih, bersyukur dan memuji Allah, serta segala aspek yang terkait dengan peningkatan hubungan vertikal dengan Sang Pencipta.

Untuk setiap burung yang berkicau dengan
tasbih Tuhan
Untuk setiap gunung yang bersujud kepada
Allah Ta’ala
Untuk setiap air terjun yang tunduk dengan
khusyu’ kepada ketinggian-Nya
Untuk setiap bunga yang bergoyang-goyang
di alam-Nya
Dan untuk setiap awan yang berjalan atas
perintah Allah di langit-Nya
Mereka semua adalah saudara-saudaraku
yang sama-sama mencintai Allah
Pada sebuah masa di mana jarang sekali ada orang
yang bertakwa
(Abul Fida’ Muhammad Azat)

Read More......

Bacakan ini, sekali saja

Ini adalah kisah nyata yang memporak-porandakan kuatnya cengkraman keyakinan, bahwa persoalan di luar rumah jauh lebih penting. Bagaikan magnet, urusan-urusan itu kerap menguasai hidup kita. Ini pula yang ‘menjerat' seorang ayah dengan anak semata wayangnya.

Malam itu, ia membawa pekerjaannya ke rumah. Ada rapat umum yang sangat penting besok pagi dengan para pemegang saham. Sewaktu ia memeriksa pekerjaannya. Anisa, putrinya yang baru beumur 3 tahun menghampiri, sambil membawa buku cerita yang masih baru. Buku bersampul hijau bergambar peri. Anisa memintanya membacakan buku itu. Namun ayahnya menampik. Dan perhatian ayahnya segera beralih kembali pada tumpukan kertasnya. Anisa berdiri terpaku sambil merayu kembali “Tapi Mama bilang, Papa akan membacakannya untuk Anisa.”

Dengan agak kesal, ayahnya menampik kembali karena merasa sangat sibuk. Ia menyuruh Anisa untuk meminta ibunya membacakan buku itu. ”Tapi Mama lebih sibuk dari Papa” ujar Anisa perlahan. Tak tahan, sang ayah berbicara keras, dengan kalimat penolakan yang sama. Waktu berlalu, Anisa masih berdiri di sebelah ayahnya sambil memegang bukunya. Lama sekali sang ayah mengacuhkan Anisa. Tiba-tiba Anisa mulai lagi. ”tapi Papa, gambarnya bagus sekali dan pasti ceritanya bagus juga, Papa pasti akan suka.”

”Anisa, sekali lagi Papa bilang, lain kali!!”.
Dengan agak keras ia membentak anaknya. Hampir menangis, Anisa menjauh. “iya deh, lain kali, ya Papa lain kali.” tapi Anisa kemudian mendekati ayahnya, menyentuh lembut ayahnya dan menaruh bukunya di pangkuan ayahnya sambil berkata ”Kapan saja Papa ada waktu... Papa tidak usah baca untuk Anisa, baca aja untuk Papa tapi kalau bisa, bacanya yang keras ya, biar Anisa juga bisa mendengarkan.” ayahnya hanya diam.

Kejadian tiga minggu lalu itulah ada dalam pikiran sang ayah. Ia teringat Anisa dengan penuh pengertian mengalah. Anisa yang meletakkan tangannya yang mungil di atas tangan ayahnya sambil mengatakan ”Tapi kalau bisa, bacanya yang keras ya Pa, supaya Anisa juga bisa ikut dengar.”

Karena itulah ia mulai membuka buku cerita yang diambilnya dari tumpukan mainan Anisa di pojok ruangan. Ia mulai membuka halaman pertama, dan dengan parau membacanya. Ia sudah melupakan pekerjaannya yang dulunya amat sangat penting. Ia bahkan lupa akan kemarahan dan kebenciannya pada pemuda mabuk yang kendaraannya menghantam tubuh kecil Anisa, hingga nyawanya pun ikut melayang. Ia membaca halaman demi halaman sekeras mungkin. Berharap andai kata masih ada kesempatan untuk didengarkan Anisa. Berandai, jika saja sebagai ayah ia masih punya waktu untuk pulang.

Tentu, hidup ini bukan diisi dengan pengandaian belaka. Tentu, kita tak perlu berandai-andai, apabila kita tidak mengubur sisi manusiawi kita, untuk pulang pada orang-orang tercinta.

Keluarga, itulah anugerah kehidupan, itulah muara sesungguhnya. Itulah sebenarnya tempat kita berlabuh. Pulang. Berteduh dari ketakutan, kekecewaan, kepedihan, kekeringan fisik maupun hati. Yang lebih mampu memaklumi daripada menghujat. Lebih banyak menerima daripada menuntut. Lebih mudah memperhatikan daripada menghakimi. Semua kita tahu. Namun tetap saja kita seringkali menomorsekiankan keluarga. Bermula dari apa yang kita namakan tuntutan kebutuhan.

Saat-saat perginya orang tua, buah hati, dan saudara kita menghadap Tuhan. Didahului sakit parah berkepanjangan atau tidak. Mendadak atau tidak. Ketika itulah kita baru biasanya tergugu. Tersadar, sebenarnya tak pernah ada cukup waktu bersama mereka. tak pernah ada cukup waktu untuk dinikmati bersama orang tua dan keluarga. Untuk menggambarkan bahwa kita pun sebenarnya mencintai mereka. Dan ketika waktu itu habis, yang ada hanya pertanyaan apakah selama ini kita telah pulang pada mereka, mempersembahkan segala cinta untuk mereka.

Read More......

Rindu disapa hujan, maka biarkan ia basah...


Berintik putik bulir air, mengendap menunggu waktu untuk tumpah ruah. Mataku berubah menjadi kabut, menjelma selaksa awan di ketinggian angkasa. Menyerupai tirai asap yang menggumpal. Mengkristal di langit kelabu. Menunggu angin membawa kotoran di udara. Mengembun mengabur pandangan. Aku merasa sepi dan sunyi. Terpuruk dan terpencil. Kusapukan telapak kanan, aku ingin menyirnakan awan itu. Namun, yang ada hanya buliran-buliran halus menetes deras menjadi hujan di keheningan. Mengalir perlahan pada sungai kecil di mataku. Aku telah merangkai air terjun. Keduanya saling bersisian kiri dan kanan. Semakin deras mengalir seiring berjalannya waktu yang telah ringkih. Belum pernah aku menangis seperti ini, asaku melayang berbalut sayap yang telah patah. Sosok lelaki itu telah pergi bersama rinai hujan yang menghapus bekas jejak langkahnya. Hanya punggung tegapnya yang meninggalkan rindu.

Read More......

Ujian KF



Siang masih terik, matahari persis jatuh tepat di atas ubun-ubunku. Kupacu motor YupiterZ merahku dengan kecepatan sedang, speedometer menunjukkan kisaran 40-60 km/jam. Ingin kupercepat lagi laju motorku, namun itu tak mungkin, karena jalan yang kulewati aspalnya banyak yang berlubang dengan jembatan-jembatan yang sudah tidak layak lagi untuk dilewati.

Waktu itu tanggal 28 April, perjalananku menuju Desa Tundi Kecamatan Awayan yang berjarak kurang lebih 20 km dari kota Paringin. Tujuanku ke sana untuk mengantar soal ujian KF sekaligus menjadi pengawas ujiannya, secara aku sebagai penyelenggara KF di sana. Sebelum meneruskan menulis, ada baiknya aku bercerita tentang apa itu KF. Karena aku yakin tidak semua orang tahu tentang KF.

KF atau Keaksaraan Fungsional, adalah program pemerintah di bidang pendidikan dalam rangka pemberantasan buta aksara. Tujuannya membuat masyarakat kita melek aksara hingga tidak ada lagi warga Indonesia yang buta aksara. Sasaran program tentu saja warga yang belum bisa calistung (baca, tulis dan hitung), hingga warga belajarnya banyak para orang tua bahkan ada juga yang berusia lanjut alias jompo alias nenek-nenek. Dan SKB tempat aku bekerja yang memang konsen berkecimpung dalam dunia pendidikan nonformal dan informal mendapat jatah untuk membina 45 kelompok KF dengan warga belajar sebanyak 450 orang, yang tersebar di delapan kecamatan.

Singkat kata singkat cerita. Siang itu, dengan di bantu 2 orang tutor pengajar KF, ujian pun berlangsung. Saat berada di sana, saat mengikuti proses ujian berbagai macam perasaan berkecamuk dalam diri ini. Ada rasa bangga, haru dan lucu membaur jadi satu ketika melihat nenek-nenek ikut ujian KF. Berbagai tingkah pongah dilakoni mereka, persis seperti anak kecil yang baru ujian. Ada yang gugup. Ada yang tangannya gemetar, saat kudekati dan bertanya ”kanapa Ni jadi manggitir tangan pian” neneknya menjawab ”gugup cu ai”. Hehehe ada-ada aja,,,

Ada juga yang lucu saat sesi ujian membaca. Saat di suruh mengeja mereka dengan logat asli Banjar Pahuluan, mengeja kata-katanya seperti ini ”eS A Sa, sa leh; Teh u Tu, tu leh; SATU leh; atau Beh A Ba, ba leh; Hah A Ha, ha leh; Sa A Sa, sa leh; BAHASA leh”
Ya Allah,, saat itu aku ingin sekali tertawa ngakak mendengarnya, namun tawa itu kutahan sekuat tenaga agar tidak meledak. Takut neneknya tambah malu dan gugup.

Perasaan haru pun tak luput menyertai ujian itu, ada beberapa peserta yang menyerah tidak menyesaikan soalnya karena faktor usia. Mereka bilang pusing, mata sudah tidak jelas lagi melihat, semua huruf kelihatan jadi satu. Memang ku akui soalnya sangat banyak ada 10 lembar soal. Aku aja yang saat itu membantu membimbing menjawab soal ikut pusing apalagi nenek-nenek itu.

Masih banyak sebenarnya yang ingin kuceritakan tentang ujian KF kemarin, namun yang jelas perasaan salut, bangga, haru, bahagia dan lucu akan selalu membekas dalam diri. Dalam keterbatasan kekuatan, kemampuan fisik dan tenaga, ibu-ibu dan nenek itu tetap semangat untuk menuntut ilmu. Bahkan ada nenek yang memang sudah sangat tua, menulis huruf A saja tidak mampu dan tidak bisa, namun beliau tidak pernah absen mengikuti program KF. Padahal kalau ingin berpikiran sempit dengan kolerasi usia yang sudah tua, buat apa belajar calistung, toh tidak akan terlalu membawa manfaat yang banyak. Namun tidak bagi peserta KF, ada semangat besar dan tulus dalam mencari ilmu pengetahuan di sana, yang seharusnya di contoh oleh kita yang masih muda-muda ini.

Menjadi penyelenggara KF memberikanku banyak kisah, renungan, pengalaman dan refleksi dalam fragmen hidup ini. Dan satu hal yang akan selalu kurindukan dari desa Tundi, panorama alamnya yang Subhanallah,, sungguh menyuguhkan alam yang masih hijau dengan hamparan pegunungan yang mengelilinginya. Saat melewati sawah, kebun karet dan pengunungan membuat hatiku selalu mendendangkan syair :

sejuknya alam pengunungan, berhiaskan pepohonan
Jurang dalam tebing nan terjal, menambah kharisma pesona ciptaan Tuhan
Panorama langit biru, semburat awan berarak
Sengat mentari yang teduh, gegap gempita menggelora
Semesta membahana…
(terminal Alam; SPers)

Read More......

Padahal tidak sepantasnya kita menjadi penyebab orang lain pedih dan getir

Hidup adalah pedih dan getir itu sendiri. Kali ini bukan pedih dan getir karena sistem demokrasi dan konstitusi yang lagi berbenah. Juga bukan kegetiran tentang sistem pendidikan kita yang penuh kontroversi, tak sadar sistem itu ikut andil memotong akar generasi anak negeri dan pengkerdilan rasa percaya diri anak didik. Terlalu banyak mungkin orang lain yang sudah membahas tentang itu Kali ini tentang sosok-sosok pribadi yang ada di sekelilingku.

Semula berawal dengan kedatangan seorang Bataker di tempat kerja kami. Dari awal kehadirannya, responnya memang tidak baik. Tidak ada yang bisa dijadikan kambing hitam, karena kedua pihak memang salah. Bataker dengan embel S2 dibelakangnya, terkadang melampaui pagar-pagar pembatas etika, merasa hebat dengan titel yang dia sandang. Tidak mengindahkan pepatah tua 'di mana langit di junjung, di situ bumi di pijak'. Bataker tidak menginjak bumi itu karena mungkin takut sepatu mengkilapnya jadi kotor. Lupa di tempat kerja kami ada penghuni lama yang ’merasa’ harus dihormati. Apriori kehadirannya pun akhirnya tidak bisa dihindari. Masa kerja bataker tidak langgeng. Hujatan, cacian, dengki ikut mendampingi kinerjanya. Akhir bulan ini bataker mengundurkan diri sebelum diberhentikan dengan tidak hormat sama bos kami. Miris melihat itu terjadi di tempat kerjaku, kenapa ada rasa dengki, saling hujat dan menjatuhkan, padahal sama-sama cari makan di tempat itu. Kenapa tidak diberi peringatan dulu? kenapa tidak ada kesempatan kedua?

***
Hidup adalah pedih dan getir itu sendiri. Demikian seringkali kita katakan bila kita terlanjur terluka. Tapi, bagaimana pun pedih dan getirnya perlakuan orang-orang pada kita, semua mungkin masih dapat tertanggungkan. Karena bukan kita yang kehilangan kedirian.

Sebaliknya, pedih dan getirnya orang lain akibat sikap dan perilaku kita, itu yang sepatutnya tidak tertanggungkan. Itu yang sepatutnya kita hindari mati-matian. Menjadi pelaku, penyebab orang lain pedih dan getir sebenarnya telah membunuh kemanusiaan kita sendiri. Jangan sampai kita berkata ’hidup adalah pedih dan getir itu sendiri, yang kita ciptakan untuk orang lain’. Jangan sampai kita menjadi api pembakar ilalang kemanusiaan, kebahagiaan dan ketenangan orang lain.

Hidup jelas bukan permainan. Bagi kita, bagi orang lain di sekitar kita. Hidup adalah tanggung jawab. Kita punya tanggung jawab pada orang lain. Kita kadang tidak peduli pada kata-kata yang kita lontarkan. Banyak ucapan berbahaya yang kita anggap sepele. Tentang menghujat orang lain sekedarnya, tentang menceritakan aib orang lain, tentang bergunjing sejenak disela kesibukan. Sepantasnya kita tahu perbuatan itu mungkin berimbas panjang. Menimbulkan kegetiran pada diri korban kata-kata gunjingan itu. Menjadi penyebab orang memusuhi korban gunjingan, tanpa ia bisa membela diri sama sekali. Tanpa ia tahu apa-apa. Padahal tidak sepantasnya kita menjadi penyebab orang lain pedih dan getir.

Read More......

Mozaik PER-EMPU-AN

Banyak tulisan yang berkisah tentang perempuan, namun sampai akhir jamanpun kisahnya tak pernah berakhir. Seperti cinta yang tak terdefinisikan, pun halnya dengan perempuan tak terdefinisikan.
Menulis tentang perempuan pada dasarnya menulis tentang kehidupan. Sebab secara silsilah biologis maupun secara naluri psikologis sepakat atau tidak, setiap manusia berhutang budi pada perempuan.Nabi Adam, meski tidak dilahirkan oleh seorang ibu biologis, tapi kesendiriannya di surga terobati dengan diciptakannya Hawa. Ia ditakdirkan mengawali realisasi kehidupan di bumi bersama seorang perempuan.

Bisakah kita membayangkan bahwa bumi yang kini dihuni lebih 6 milyar manusia pada mulanya hanya diisi 2 orang saja? Berapa jengkalkah dari bagian bumi yang sudah dipijak oleh mereka berdua? Berapa luaskah cakrawala ini dapat ditembus pandangan mata mereka?

Lalu dari manakah keramaian itu bermula? PEREMPUANLAH PERMULAANNYA. Tidak dipungkiri dalam literatur klasik tentang seks yang ditulis para ulama, ditemukan satu riwayat tentang hubungan seks pertama antara Adam dan Hawa.
Setelah hubungan seks itu selesai.
Tiba-tiba Hawa bertanya kepada Adam ”apakah ini namanya?”
Lalu Adam menjawab ”ini Jima’, kenapa?
Hawa menjawab lagi ”Mau minta tambah”

Hubungan itu akhirnya mengubah seluruh wajah kehidupan. Pasangan yang kesepian itu akhirnya membuahkan kehidupan yang ramai. Adam dan Hawa beranak pinak hingga melahirkan empat puluh pasang manusia, terbentuklah sebuah keluarga yang ramai. Lalu berkembang jadi suku. Suku-suku berkembang menjadi rumpun-rumpun komunitas yang lebih besar yang kita kenal sekarang dengan bangsa.

Sekarang ketika kehidupan manusia makin ramai, kota-kota makin banyak, perempuan bukan saja bertambah secara populasi melebihi laki-laki, tapi juga peran-peran penting dalam kehidupan. Pertumbuhan populasi ini dan peningkatan peran-peran perempuan dalam sosial-politik ini niscaya menguatkan ramalan, bahwa perempuan akan menjadi pemicu paling efektif dalam proses demokratisasi sekarang dan di masa yang akan datang. Ketika EMANSIPASI BUKAN LAGI SEBUAH MIMPI.

Peradaban kita akan menjadi indah ketika ber-empu pada perempuan. Sebab perempuan, seperti kata Buya Hamka, adalah per-empu-an atau tempat bersandar. Sebab perempuan seperti kata Alqur’an, adalah tempat kita menemukan ketenangan.

Read More......

Lelaki dan harga diri


Lelaki itu sekarang meringkuk lemah, tubuh kurusnya terkulai tak berdaya di atas ranjang. Badannya menggigil tapi panas suhu tubuhnya lebih dari 30 derajat, dia demam. Lelaki itu merutuk dalam sakitnya, dia benar-benar marah. Merasa sangat terhina, harga diri kelelakiannya telah disinggung.

Peristiwa naas itu terjadi saat lelaki itu berada di suatu tempat terpencil jauh dari keramaian, di suatu daerah di kabupaten Balangan. Di kesunyian malam kira-kira jam 11 malam dan dari kejauhan kota dengan segala keterbatasan yang dimiliki, lelaki itu memaksa diri untuk keluar rumah jalan kaki sejauh 3 km. Padahal saat itu, cuaca dalam keadaan gerimis. Tujuannya cuma satu, mencari sebungkus rokok yang kebetulan stok simpanannnya sudah habis. Sampai di tempat yang dituju, ternyata rokoknya tidak ada. Terpaksa akhirnya lelaki itu naik ojek menuju kota, padahal jarak ke kota lebih dari 15 km. Dan anehnya sampai di kota, toko tutup semua. Namun nasib lelaki itu masih beruntung, dia dapat satu bungkus rokok di salah satu kios yang masih buka.

Paginya, setelah sampai di rumah, lelaki itu sakit, badannya demam. Rokok terasa tidak enak, air liurnya benar-benar pahit, sampai makanpun tidak enak. Sambil marah rokok yang dibeli tadi malam dia banting dan dia injak-injak.

Temannya yang melihatnya jadi heran dan bertanya
”ada apa mas, kenapa rokoknya diinjak.”

Masih dengan dongkolnya lelaki itu menjawab...
”aku tersinggung Ndro, aku cari rokok sampai sakit seperti ini, gara-gara rokok ini rencanaku buat ngambil sampel anggrek di gunung Belawan jadi tertunda. Harga rokoknya cuma 9 ribu, namun biaya ojekku tadi malam lebih 50 ribu. aku sakit demam begini, waktuku jadi terbuang percuma. Harga diriku telah dipermainkan oleh sebungkus rokok ini. Pokoknya mulai sekarang rokok ini aku talaq 3”

Read More......

Ejakulasi Dini

Tinggal beberapa meter lagi aku sampai ke gudang itu, dan sangat jelas kudengar bunyi “BRAAKK”.
Hormon adrenalinku berpacu sangat cepat, apa yang kulihat benar-benar membuatku kaget, rasa jijik dan perut yang mual bercampur jadi satu.
Kulihat dia dengan wajah binal bergumul dengan lawan mainnya, air liurnya menetes ketika menjilati tubuh tak berdaya itu. Matanya nanar memandang ke arahku, Aku langsung berlari meninggalkan mereka berdua disana, aku hanya tau yang kurasakan saat itu jantung yang berdetak kencang, cairan cerebrospinal yang berputar, denyut nadi yang tak karuan dan perasaan yang kacau balau. Entah…Begitu cepat waktu berlalu, matahari telah menuju ke peraduan, digantikan sang rembulan yang masih malu menampakkan wajah pucatnya. Bintang bergelayut di balik lengan awan. Malam telah datang memberikanku sedikit ruang untuk menghilangkan segala kepenatan. Perlahan ku rebahkan tubuh ringkihku. Kucoba memejamkan mata, mengumpulkan sejumput memori tentang aktivitas yang telah kulakukan siang tadi.

Rembulan setengah tiang. Malam mencekam merengkuh sepi.
Peristiwa tragis di gudang terlintas kembali,,
kurasakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi di bagian bawah perutku, memaksa diriku memegang kuat-kuat ari-ari.
Dengan tidak bersahabatnya semilir angin malam kian menusuk sendi-sendi, terbayang lagi peristiwa dalam gudang,,

aku ereksi,,,

aku sudah tidak kuat menahan lagi,,

aku harus melakukan sesuatu untuk menyamankan suasana malam ini.
Sambil berlari kupegangi bagian bawah perutku menuju kamar mandi.

Aku “kebelet pipis ”.

Ahh.. lega rasanya setelah keluar dari kamar mandi,, membuang sisa ekskresi yang dilakukan oleh tubuhku.
Aku tersenyum mengingat kejadian di gudang tadi siang…

“Dasar Kucing,,, tak kenal siang ataupun malam, selalu mencari kesempatan berburu tikus buat santapannya” hehehe…


***
Itu tadi,,, sedikit cerita sebelum aku menulis tentang … orang yang mengambil kesimpulan di awal tentang pribadi seseorang, kita sebut saja mereka Manusia ”Ejakulasi Dini”.

Mungkin ada di antara yang membaca tulisan di atas termasuk manusia “Ejakulasi Dini”. Pasti ada yang berpikir isinya menjurus pada pornografi. Yah…mengambil kesimpulan di awal cerita, tanpa mengikuti proses terlebih dahulu. Hingga ending yang didapat pun tidak menutup kemungkinan akan bersifat absurd.

Begitu juga halnya dengan cara pandang seseorang, kadang bagi segelintir orang sulit untuk memulai menjalin pertemanan, karena sering mengambil kesimpulan diawal tentang pribadi orang lain, terkesan pada pandangan pertama.
Dan ironisnya lagi, banyak orang yang mau mendengarkan dan membenarkan bisikan-bisikan tak bertanggung jawab dari manusia yang dikuasai iri hati tentang pribadi seseorang. Tanpa menjalani proses terlebih dahulu, tanpa mencoba untuk memulai berteman dengan orang yang kelihatan lebih buruk atau rendah statusnya menurut pandangan awam. Padahal belum tentu orang yang buruk menurut pandangan kita akan menjatuhkan. Banyak orang yang kita sangka adalah dewa penolong malah menjerumuskan ke lumpur nista. Kadang kita lebih membenarkan prasangka-prasangka tanpa terlebih dahulu mencari informasi (tabayyun). Meremehkan seseorang hanya kerena penampilannya yang tidak meyakinkan.

Read More......

Yang Terlewatkan

Maaf telah melewatkanmu, namun bukan berarti aku melupakan.
Ahh, mana mungkin aku melupakan, karena kaulah yang selama ini jadi pijakan kakiku, besar di atas perutmu, dan kau tempat bermainku hingga kini.

Maaf telah melewatkanmu, akhir-akhir ini aku mungkin terlalu asyik dengan proposal kursusku, sibuk memprovokasi teman dan rekan-rekan untuk tidak golput. Terpaku mengikuti quick count perhitungan suara pemilu, dan celoteh para ’pakar politik’.

Hingga malam ini aku baru teringat belum menulis kata-kata untukmu, padahal jauh hari sebelumnya sudah berencana meluangkan waktu buat menulis tentangmu.

”8 April” satu hari sebelum Pemilu
SELAMAT HARI JADI KOTA BALANGAN
SELAMAT HARI JADI BANUA SANGGAM YANG KE-6

Perayaan hari jadimu kali ini lebih sederhana, hanya Shalat Hajat di beberapa desa, namun itu lebih baik kurasa daripada perayaanmu tahun kemarin yang mungkin telah menghabiskan lebih dari ratusan juta, tapi yang ada hanya meninggalkan kekesalan bagi sebagian warga Balangan terhadapmu.

Menapaki usiamu yang ke-6, bergelayut berbagai perasaan yang membuncah dalam hati ini. Ada rasa bangga, kesal, prihatin dan harapan.

Bangga, setelah sekian lama bubuhan tokoh masyarakat memperjuangkanmu untuk jadi kota kabupaten, akhirnya 6 tahun yang lalu keinginan itu tercapai juga.
(terima kasih untuk para pejuang kota sanggam, baik yang masih hidup maupun yang sudah almarhum, jasa kalian telah membuat bangga anak Sanggam)

Kesal, dengan sebagian kebijakan bubuhan kepala ahoi yang belum tepat sasaran, mungkin maksud mereka baik dengan memprioritaskan pembangunan fasilitas pemerintahan, menyediakan banyak kendaraan dinas hingga bahamburan kesana kemari, mendirikan perumahan yang nyaman (tepatnya griya) di gunung Garuda Maharam untuk para petinggi dan pejabat eselon kabupaten Balangan, namun sayangnya griya itu tidak dimanfaatkan dengan optimal, masih ada rumah-rumah di griya itu yang tidak ditempati. Bahkan katanya rumah yang disediakan untuk ketua DPRD Balangan sampai sekarang masih kosong, akhirnya rumah yang disediakan terkesan mubazir.

Prihatin, uhm... apa yah???
Prihatin dengan pembangunan infrastuktur yang agak lambat, kurangnya perhatian pada potensi-potensi alam yang ada di daerah. Padahal di Balangan banyak aset-aset wisata yang bisa dikembangkan, seperti danau Baruh Bahinu Dalam, Benteng tua Tundakan, Sum-Sum Tebing tinggi, Goa Hantanung, Air terjun di Awayan, gunung Belawan dan goanya di Halong, semua itu merupakan aset wisata yang belum tergarap oleh Disparpora. Hingga saat liburan tiba masyarakat Balangan lebih memilih berwisata ke kabupaten tetangga. Belum lagi pak Bupati yang jarang ada di Balangan (soalnya setiap apel Senin di pemkab dapat dipastikan pak Bupati lebih sering absen daripada hadirnya). Husnuzhan aja sih, beliau mungkin lagi ada kunjungan kerja ke luar daerah. Tapi karena keseringan pergi, jadinya banua Sanggamku tumbuh apa adanya. Ada jembatan yang sudah hampir putus, sampai sekarang belum diperbaiki, apa mau nunggu hancur sama sekali dan putus baru diperbaiki, kemana larinya dana APBD?
Petinggi Balanganku kayaknya lebih suka on the show di luar sana, membangun asrama mahasiswa Balangan di Jogja sana, padahal asrama untuk mahasiswa Unlam belum ada.

Sadar usiamu baru 6 tahun, ibarat anak manusia, masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, hingga kaupun masih perlu terus belajar dan berbenah.

Maafkan aku bila hanya bisa menghujatmu, sadar bahwa akupun belum bisa berkontribusi banyak untuk kemajuanmu.
Sekali lagi Selamat Hari Jadi Sanggamku, moga kami bisa memberikan yang terbaik untukmu kelak. Harapan itu selalu ada untukmu Balanganku.

Read More......

Kejengahan Politik dan kampanye

Akhirnya…
Pemilu terbuka parpol telah berakhir, berbagai macam aksi telah dilakukan oleh tim sukses, para jurkam, caleg maupun aktivis parpol itu sendiri untuk memperoleh suara terbanyak dan kemenangan untuk parpolnya. Mulai dari mendatangkan jurkam nasional sampai artis ibukota.

Sekarang saatnya masa tenang, tapi yakin ketenangan ini tidak untuk para caleg. Mereka, para caleg itu sekarang pasti resah, merasakan tegangan dan debaran-debaran yang sedang bergejolak. Kenapa tidak, masa ini mungkin para caleg itu sedang tegang menunggu hasil perhitungan suara tanggal 9 April mendatang (itupun kalau tanggalnya tidak diubah sama KPU), atau sedang resah hitung-hitungan biaya yang telah dikeluarkan waktu kampanye tadi, apakah bakalan dapat untung atau paling tidak balik modal?

Satu hal sebenarnya yang dapat disimpulkan saat ini adalah sebuah kejengahan. Jengah melihat aksi dan manuver-manuver politik yang telah mereka lakukan. Dalam aksi kampanye mereka, beberapa parpol tidak lagi memikirkan moral anak bangsa dalam berkampanye politik. Untuk meraih simpati pemilih, mereka tidak segan saling maki-memaki sesama elit politik, bahkan yang sangat ironis lagi adegan yang hanya layak dilakukan suami-istri, mereka pertontonkan juga di tengah kerumunan massa. Dan, yang sangat disayangkan lagi saat itu banyak anak-anak dibawah usia yang ikut menikmati adegan erotis tersebut. Padahal disana ada para elit politik, jurkam nasional dan ”ulama” yang ikut berpartisipasi memeriahkan kampanye. Di mana moral para caleg yang ikut nyawer, elit politik dan ”ulama” yang ada di sana waktu itu, aksi diam mereka sama saja dengan mengaminkan moral anak negeri ini dirusak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Tak perlu menyebut parpol apakah itu, yang jelas bagi penikmat berita baik media massa maupun elektronik pasti mafhum dengan aksi itu.

Belum lagi aksi money politic yang dilakukan untuk meraih suara pemilih. Sadarkah masyarakat pemilih yang telah menerima uang maupun bingkisan dari para caleg itu, bahwa suara mereka telah terbeli di awal pemilu. Jadi jangan heran bila nanti para caleg yang telah membayar suara mereka telah duduk di gedung DPR, dan mungkin nanti akan lupa dengan janji manis yang telah diucapkan waktu kampanye. Maka jangan marah bila para aleg hanya tersenyum di atas kursi mereka, ongkang-ongkang kaki saja di balik meja kerjanya., karena hal itu bukan sepenuhnya salah para aleg itu. Mereka telah membeli suara para pemilih di awal, jadi akhirnya jangan banyak berharap pada mereka untuk memenuhi janji-janji kampanyenya.

Mungkin ini suatu pembelajaran politik juga bagi masyarakat kita, bahwa jangan memilih caleg pelaku money politic. Jangan sampai memilih caleg yang picik, karena hanya akan sibuk membicarakan aib orang lain. Tapi jangan juga sampai memilih caleg yang biasa, karena hanya akan sibuk memperbincangkan kejadian. Solusinya pilihlah caleg yang cerdas dan bijak, karena dia akan sibuk membicarakan gagasan besar untuk membangun negeri tercinta ini. Siapakah caleg pilihan kita, itu tergantung dari isi pikiran dan isi hati kita.

Saatnya memilih caleg yang mempunyai kepemimpinan yang mengayomi seluruh kalangan sehingga mereka mendapat hak-haknya. Tidak ada rakyat yang dipimpinnya yang terdzolimi. Kepemimpinan yang memberikan keteladanan, keadilan, kenyamanan dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Pemimpin yang seperti ini tidak akan dapat dilakukan kecuali oleh pemimpin yang beriman dan beramal shaleh. Bukan pemimpin yang dusta, zholim, curang, penipu, menyimpang, dan yang tamak serta mementingkan kepentingan diri, keluarga dan kelompoknya sendiri serta melakukan segala hal ayang merugikan bangsa dan negara untuk mencapai tujuan-tujuan sesaat. Karena pemimpin tipe seperti ini hanya melahirkan kesengsaraan bagi rakyat Indonesia.

Detik-detik Pemilu sudah di depan mata. Saatnya memilih calon pemimpin atau caleg yang punya kapasitas besar, yang bisa menciptakan kinerja besar. Karena kalau kinerja besar maka citra kita juga akan besar. Dan itu merupakan tiga lapisan yang saling mendukung, dimana Lapisan dalamnya bernama kapasitas, lapisan tengah performance atau kinerja dan lapisan luar bernama citra.


Tiba saatnya bagi kita untuk ikut andil menentukan nasib bangsa ini, GOLPUT bukanlah suatu tindakan yang bijak bagi warga negara Indonesia.

Read More......

Kasidah Rindu

Nafsu terus memberontak
Setan terus menggoda
Dunia terus berhias
Kefanaan terus membayangi fatamorgana kehidupan
Dan, hawa seringkali memenangkan pertempuran

Rindu...
Rindu...
Rindu kalbu
Rindu bertemu denganNya di penghujung malam
Menikmati sejuknya air
Yang perlahan meresap ke dalam pori-pori
Melesak dalam aliran darah
Menghadirkan selaksa ketenangan di tengah nelangsa jiwa


Gembira raga ketika malam menjelma
Saat hidupku akan terasa lezat
Dan mataku menjadi sejuk
Karena munajatku kepada Dzat yang aku cinta
Karena kesendirianku bersamaNya

Rindu...
Rindu...
Rindu dan cinta melebur jadi satu
Keluh kesah tercurah di atas bentangan sajadah
Menepiskan segala gundah gulana
Menghanyutkan duka pada sungai kecil yang mengalir di mataku
Menyelam dalam lautan cintaMu

Kepada siapa aku akan memohon
Jika bukan kepada Allah
Kepada siapa aku akan meminta
Jika bukan kepada pemilik segalanya
Kepada siapa aku akan mencari perlindungan
Jika bukan kepada Allah pemilik langit dan bumi
Yang jika mengatakan tentang sesuatu ”terjadilah”
Maka terjadilah sesuatu itu

Rindu...
Rindu...
Berpadu kalbu yang rindu
Melebur menjadi satu
Ketika Cinta memanggil
Kau begitu dekat
Sedekat matahari dengan angkasa
Sedekat debaran dengan jantung
Sedekat mimpi dengan malam
Sedekat aliran darah dengan nadi
Sedekat pandangan dengan mata
Dan, dijadikan penyejuk mataku di dalam shalat

Read More......

“Sang Legendaris”


Tulisan ini hadir ketika ragaku berada di titik kulminasi terendah, dan separuh jiwaku melayang di ruang tanpa batas.

Satu kebiasaanku saat memeras otak adalah berpikir sambil dengerin musik, pun waktu masih pakai seragam putih biru, abu-abu sampai jaman kuliahan,, saat berjibaku dengan hafalan teori-teori yang ga ada habis-habisnya, earphone akan selalu setia menempel di telingaku :)

Dan malam itu,, ketika aku membuka music room’s di kompiku, jadi teringat beberapa hari yang lalu aku ada pinjam mp3 sama kakak ipar. Awalnya ga ada lagu yang special dalam mp3 itu, cuma buat nambah koleksi di music room’s aja. saat mulai memilah-milah lagu “sang legendaris”, aku mentok pada satu lagu.

Putar sekali,, hhm lagunya biasa aja
Putar kedua kali,, masih belum menemukan lirik yang bermakna
Putar ketiga kali,,, ada sesuatu yang membuat hatiku bergetar, hingga memaksa membuka telinga lebar-lebar (hehehe,, ga segitunya kale)
Putar keempat kali,,, wow subhanallah penuh makna dan pesan tersirat
Putar untuk yang kelima kalinya,,, inspiratif buat bahan tulisan.

Saat dengerin tuh lagu berulang-ulang, inspiratif, liriknya megang banget, jadi merenung mungkin ga yah nanti aku bisa menjadi sosok seperti yang ada di lagu itu.
Setelah dengar tuh sang legendaris ada tekad buat ngurangin hal-hal yang ga bermanfaat, dan berusaha membawa diri menjadi insan yang lebih baik.
Bukankah untuk mendapatkan yang terbaik kita juga harus meberikan yang terbaik. Jadi ingat sama ayat Alqur’an yang artinya
”... dan wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik...” (An Nur 26).

Dan sama Hadist Rasulullah dalam kriteria memilih pasangan hidup yang pointnya
Pertama, kepentingan ekonomi, karena hartanya. Bahwa seorang laki-laki memilih calon istri yang memiliki harta sehingga bisa memberikan berbagai fasilitas kemudahan dalam kehidupan setelah berkekuarga nanti.
Kedua, kepentingan sosial, karena keturunannya. Seorang laki-laki memilih perempuan dari keturunan yang baik-baik, dan memperhatikan kemampuan reproduksi agar kelak bisa memiliki keturunan yang baik pula.
Ketiga, kepentingan fitrah, karena kecantikannya. Seorang laki-laki menikahi perempuan karena faktor kecantikannya, sebagai bagian dari pemenuhan kepentingan fitrah dan penguat kecenderungan dan ketertarikan pada pasangan hidup.
Keeempat, kepentingan agama, karena agamanya. Dengan kepentingan agama ini, seorang laki-laki telah meletakkan pondasi yang kokoh bagi kehidupan keluarga. Itulah sebabnya, Rasulullah menjelaskan ”Pilihlah berdasarkan agamanya agar engkau beruntung”

Tsaaahh,,, kok jadi pindah ngomongin masalah kriteria seh...
Sekedar intermezo aja, insyaallah point satu sampai tiga siapapun termasuk aku bisa masuk nominasinya, Cuma kekawatiran muncul, aku bisa tereleminasi gara-gara tidak terpenuhinya kriteria point keempat, kalo aku tidak mulai membenahi diri dari sekarang.

Btw,, yuks kita sama-sama intip lirik lagu sang legendaris yang telah menginspirasi diriku

Setiap keindahan yang tampak oleh mata
Itulah perhiasan, perhiasan dunia
Namun yang paling indah diantara semua
Hanya istri salehah, istri yang salehah

Setiap keindahan perhiasan dunia
Hanya istri salehah perhiasan terindah

Hanya istri yang beriman bisa dijadikan teman
Dalam tiap kesusahan selalu jadi hiburan
Hanya istri yang salehah yang punya cinta sejati
yang akan tetap setia dari hidup sampai mati bahkan sampai hidup lagi...
(thank’s bang H. Rhoma Irama atas lagu ”Salehah”nya)


Ada iltizam dalam diri untuk berusaha menjadi wanita salehah sang perhiasan dunia, walaupun ada kemungkinan aku tidak mendapatkannya di dunia yang fana ini, karena bukankah jodoh, rezeki dan umur itu adalah misteri, hanya Allah yang Maha tahu. Namun aku masih memiliki haparan untuk bisa menjadi perhiasan di surga kelak yang akan membuat pada bidadari cemburu padaku, insyaallah. Amiin.


Kehidupan ini selalu menyimpan tabir rahasia
Aku tidaklah semulia Khadijah
Tidaklah setaqwa Aisyah
Pun tidaklah setabah Fatimah
Aku hanyalah perempuan akhir zaman
Yang punya cita-cita dan harapan menjadi solehah

Read More......

Walau Tak Teringat Jangan Dilupakan

BLANK,,,

Sudah beberapa malam aku mencoba untuk menulis, tapi hasilnya nihil, otakku lagi stroke untuk merangkai kata menuangkan sejuta makna,, blank,, dan sussaah cari inspirasi. Mencoba menulis en then Ngantuk...

Malam ini
Ditemani lantunan murottal Syeikh Sa’ad Al Ghomidi dan segelas kopi, kupaksa otak kanan mengaduk-aduk cerebrum, bekerawut di otak limbic, mengajak pikiran menggerayangi alam bawah sadar, merayap perlahan pada jaring-jaring neuron.
Dan ups,, akhirnya ketemu juga sama memori yang sudah hampir usang tapi terlalu bermakna untuk di delete.
Memori saat pulkam naik taksi colt bejeem-paringin. Kala itu di kaca belakang mobil yang sudah mulai buram terpampang sebuah tulisan ”walau tak teringat jangan dilupakan”. Iseng aja diriku waktu itu nanya sama abang sopirnya...
”bang, kok tulisannya itu sih, kenapa bukan raja aa neh ato kutunggu jandamu ato yang lainnya yang rada nyeleneh,, hehehe,,, biasanya kan gitu.

Eee, tau ga apa jawab abang sopirnya…”tuh tulisan maknanya dalam ding, tentang shalat. Kebanyakan orang itu karena sibuknya, ga teringat tuh dengan yang namanya shalat, yang ada dipikiran cuma gimana nih hari bisa dapat duit banyak.
Tapi yang hebatnya, kalo udah nyampe waktu shalat mereka jadi ingat kembali.
Jadi, intinya tuh biar tak teringat tapi jangan sampai dilupakan apalagi ditinggalkan.

”Subhanallah,,, ternyata abang sopir bisa filosofi juga” lirihku


***

”walau tak teringat jangan dilupakan”
Ehm,,, sebuah ungkapan sederhana dari seorang abang sopir, namun mempunyai makna yang sangat mendalam tentang ibadah.
Bagaimana dengan kaum yang mengatakan dirinya hebat, terpelajar, gaul dan “paham”, apakah mereka akan mempunyai pikiran yang sama dengan abang sopir mengenai makna ibadah ? Entahlah...

Ada saja sebagian diantara mereka dengan mudahnya melalaikan bahkan meninggalkan panggilan Ilahi dengan alasan ”pakaian gw lagi kotor neh,,,” ato ”ntar di rumah aja tuh, waktu shalat masih panjang” ato ”tanggung neh kerjaan aku tinggal dikit lagi”.
Padahal waktu shalat sudah menyerempet dengan waktu shalat selanjutnya.

Terlalu banyak orang yang merasa sok tidak perlu kepada Allah.
Penyakit jiwa terberat orang modern adalah sok tidak perlu kepada Allah. Sok tidak terlalu butuh kepada Allah. Kalkulasi hidupnya kelewat rasional. Kalau lagi susah, baru datang kepada Allah. Itupun dengan kepasrahan yang setengah.
Bahkan ada yang bilang “gw ga perlu shalat, cos shalat hanya sebuah keperluan saat dalam posisi mendesak, bukan sebuah ketundukan. Dan, yang lebih ekstrim lagi ada yang berkata “aku bisa merasa keberadaan tuhan saat dia mengisap asap tembakau, atau saat berada dalam toilet tuk mencari inspirasi, jadi buat apa shalat”.
Apakah itu benar?

Meminta kepada Allah adalah keperluan setiap kita. Begitupun, perhatian Allah kepada pentingnya meminta, jauh lebih besar ketimbang perhatian manusia sendiri akan perlunya meminta kepadaNya.
Padahal yang perlu itu kita manusia, sedang Allah tidak memerlukan sesuatu pun dari kita.
Padahal yang punya banyak kekurangan itu kita manusia, sedang Allah Maha sempurna. Padahal yang miskin itu kita manusia, sedang Allah Maha Kaya Raya.
Orang yang lupa kepada Allah, akhirnya juga akan dilupakan oleh Allah.

Totalitas dalam soal ”merasa perlu kepada Allah” sepanjang hidup kita harus terus dibenahi..


Bilakah cinta bersemi di relung jiwamu?
Kepada Allah penggenggam harapan di setiap desah napasmu

Pernahkah terbersit untuk datang padanya
Sampaikan resah yang menghimpit hatimu

Read More......

Ontel Mania



Bukan Demo,,,
Bukan unjuk rasa,,,
Apalagi Kampanye partai politik jelang pemilu 2009,,,


Sebuah pemandangan unik dan baru pertama kali terlihat di Lapangan Martasura Paringin, terjadi Pada Minggu pagi 22 Februari 2009. kurang lebih 1000 orang bersepeda ngumpul di lapangan Martasura, dan aku berada di antara orang-orang itu (Nah lo ngapain.Yang paling menghebohkan adalah sepeda-sepeda ”Ontel” atau sepeda ”Jengki” atau sepeda ”Unta” masyarakat di kampungku menyebutnya ikut nimbrung di sana. Tidak tanggung-tanggung para Ontel Mania itu datang dari provinsi dan kabupaten tetangga, di antaranya Muara Teweh (Prov. Kalteng), Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara (Saudara Tua), Hulu Sungai Tengah, Tabalong dan tak ketinggalan para ontel mania Balangan yang Jumlahnya semua mencapai 200an ikut meramaikan lapangan.

Bedeway, Minggu pagi itu telah di gelar acara ”Sepeda Santai bareng Ontel Mania” yang di selenggarakan oleh Pemkab Balangan dalam rangka Menyambut Hari jadi kabupaten Balangan yang ke VI April mendatang (Sorry coey,,, tanggalnya aku lupa :)

Parade sepeda santai dan sepeda Ontel ini cukup menyita perhatian masyarakat Balangan dan penguna jalan. Selain penampilan para peserta dengan aneka macam kostum yang mereka pakai, mulai dari baju yang berbau tempoe doeloe gaya Tuan Menir dan Puteri Walanda (Belanda, red), sampai gaya Didi Kempot dengan rambut keriting mekarnya (Ups jadi ngomongin orang, tapi asli heboh banget hehehe,,,). Sepeda yang mereka gunakan pun tergolong tua dan sangat langka.

Dibawah pengawalan aparat, kami bersepeda melintasi 2 kecamatan sekaligus. Start rute perjalanan dari Lapangan Martasura, muter lewat Polres, kantor camat Paringin, terus naik ke Garuda Maharam perumahan Pemkab, istirahat sebentar di sana buat ngisi amunisi (dapat snack maksudnya). Perjalanan belum selesai, setelah dari Garuda Maharam kami melanjutkan petualangan melintasi desa Gunung Pandau masuk jalan tembus menuju desa Muara Pitap dan finish di lapangan depan Kantor camat Paringin Selatan.

Asyik juga yah, ikut sepeda santai bareng Ontel Mania, walaupun medan yang dilewati cukup berat dan penuh tantangan, melelahkan juga, naik- turun gunung, karena topografi wilayah Balangan memang bergunung2. Hingga membuat aku sempat ngos-ngosan juga, karena udah lama ga naik sepeda yang jauh seperti itu.

***
Sepeda Ontel memang unik dan termasuk barang yang langka dan antik. Sekitar dekade 1950-an hingga 1970-an, penampilan seseorang bisa diukur dari sepeda yang mereka naiki. Jika ada yang naik sepeda Ontel merek Rely Gondok dan bertopi garbus ala cowboy, langsung bisa ditebak bila dia berstatus sosial tinggi atau orang kaya.
Dengan bunyi sepeda yang khas, cek…cek…cek, memang lain dengan sepeda biasa. Kerangka sepeda juga memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan sepeda model sekarang. Potongan lebih kukuh, baik sepeda laki-laki maupun wanita. Pada jok tepat duduk menggunakan bahan kulit tebal dan setang melengkung ke belakang. Mereka yang menggunakan sepeda itu untuk zaman sekarang barangkali sama dengan kendaraan roda empat sekelas Suzuki Xenia atau Honda Jazz (hihihi lebayy)



Read More......

Catatan kecil tentang Cinta


Beberapa waktu yang lalu (belum terlalu lama juga seh), di suatu malam sekitar jam 20.00 dimana waktu itu diriku hampir setengah sadar antara berpijak di bumi dan melayang di alam bawah sadar, antara masih setengah tidur setengah terjaga, bahasa jadulnya "merem-merem melek".
Sebenarnya bukan aku banget tidur jam segitu (aku termasuk makhluk nocturnal juga hehehe,,,), cuma karena cape banget cos sudah beberapa hari ada pelatihan di kantor, ditambah malam sebelumnya terpaksa begadang en nginap di kantor, ada pelatihan Bintalsik.

Begini ceritanya,,

Saat tubuh ringkihku sudah melesak menyatu dengan kasur yang sudah tidak empuk lagi (hihihi,,, lebayy :)), masuklah sms di hp boengasku dari seorang akhwat. Sebelumnya perlu diketahui akhwat ini temanku sejak kuliah dulu, satu angkatan. Dia sahabatku, saudariku, partner dakwahku, satu di antara ”keluarga” kecilku. kami bersama dalam mengkaji islam, memperbaiki diri, dia akhwat yang melankolis banget.

Setelah lulus kuliah kami memang sudah jarang berhubungan intim, jarak yang lumayan jauh telah memisahkan kami. Komunikasi hanya berlanjut via sms en telpon-telponan, namun sinyal hati kami berdua sangatlah kuat, melebihi sinyal telkomsel dan indosat (ups, jadi nyebut merek neh,, hehehe). sayangnya kami ga bisa berchatting ria cos di kampungnya sekarang belum ada warnet.

Singkat kata singkat cerita, malam itu dia ngirim sms ke aku yang isinya
”Dan nafas cintanya meniup kuncupku mekar jadi bunga. Ukh,,, galau itu hadir lagi, menyesakkan, mengalirkan air mata. Ia datang dengan tiba-tiba, mengalir lembut tanpa mampu dicegah. Sungguh... aku ingin ia tetap ingin menjadi rahasia, namun sesak itu menyiksa”

Sempat kaget juga setelah membaca sms itu, terbayang masa-masa kuliah dulu. Dan, ahh,, ternyata temanku yang satu ini masih memendam rindu, menyimpan cinta, menaruh satu harapan pada seorang ikhwan dari masa kuliah sampai sekarang ini. Cinta sebelum waktunya.
Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa ku pencet tuts di hp untuk membalas smsnya ”jangan biarkan bunga mekar sebelum waktunya, karena akan ada bagian bunga yang bakal tumbuh tak sempurna. Begitu juga halnya cinta, jangan biarkan ia bersemi sebelum waktunya...sakit...”

Kupikir setelah sms terkirim, perbincangan kami sudah berakhir malam itu, ternyata tidak, dia merespon balik smsku
”Ukh, saya harus bagaimana... kuncup itu sudah mekar dan tak mungkin kembali seperti semula...sakit, memang!! Harusnya sejak awal ia tumbuh tetap menjadi rahasia, tak seorangpun mengetahuinya, hingga tak ada pupuk yang menyebabkannya tumbuh subur dan bersemi sebelum waktunya”.

Kukirimkan lagi pesan cinta untuknya, dan kali ini agak tegas
”Yaudah sekarang saatnya anti membonsaikan pohon cinta anti, pangkas akarnya, jangan biarkan dia tumbuh besar dan mekar. Coba sekarang anti bayangkan klo suatu saat anti menikah dengan orang lain, trus dia pulang dalam keadaan lelah karena mencari maisyah untuk anti dan keluarga, namun ternyata sebenarnya cinta pertama anti bukanlah untuk dia, apakah anti tidak kasihan dengan dia??... Klopun nantinya anti nikah dengan orang yang anti inginkan. tidak menutup kemungkinan juga bisa menghadirkan kekecewaan karena setelah bersamanya, yang anti harapkan dan impikan ternyata beda”

***

Walhasil,,, kesimpulan
Dari kisah di atas, dapat kita tarik benang ijonya (yuk rame-rame bikin jahitan hehehe). Ternyata yang namanya VMJ (virus merah jambu, red) tidak hanya menjangkiti orang ammah, tapi juga menyerang ganas para aktivis dakwah.
Mungkin kita bisa berdalih, siapa seh yang bisa memutuskan kapan cinta harus hadir dan kepada siapa cinta harus tumbuh?
Tak ada memang! Sebab cinta adalah anugerah, cinta itu fitrah. RahasiaNya yang unik dan barangkali tak selalu bisa diuraikan, cinta tak terdefinisikan. Sungguh adalah fitrah jika manusia ingin dicintai dan mencintai, cinta itu adalah anugerah yang terindah dariNya, cinta itu adalah cinta.
But galz, cinta juga bisa ditanam, bisa dipupuk, en bisa tumbuh subur dalam hati kita, cinta juga bisa diundang.. Siapa yang melakukannya?
Ya! Kita!! kita-lah yang merawat bunga cinta itu hingga semakin bersemi dengan indahnya. Kita membiarkan namanya mengisi relung-relung hati kita, senang mendengar namanya disebut, senang memupuk rindu, memikirkannya, mendambanya, dan berharap dia datang menyambut cintamu (so sweet..!! ehm,,ehm nyadar non nyadar belum waktunya kalee).

So, akhirul kalam, bagi yang telah terlanjur jatuh cinta sebelum waktunya, mungkin sekarang saatnya untuk kita menitipkan cinta pada Allah, Sang pemilik cinta... yang menggenggam cinta.
“Masih banyak agenda dakwah yang menuntut peran nyata kita”


Dalam hati ini
Bergejolak hasrat jiwaku menggebu
Ingin kuluahkan
Namun ku takut
Allahkan murka kepadaku

Hasrat jiwa itu
Kuingin agar diri ini engkau cintai
Namun yang kutakut
Allah pupuskan cintaNya kepadaku... (Dawai hati 2)



N/b: tiada maksud untuk menyentil seseorang apalagi mengghibah, sekedar sebuah cerita untuk direnungkan, terutama diriku pribadi.

Read More......

coey's

Belajar dan mengajar merupakan fragmen yang tak terpisahkan dalam hidup ini. Pun blog ini dibuat dalam rangka proses pembelajaran.