Catatan kecil tentang Cinta


Beberapa waktu yang lalu (belum terlalu lama juga seh), di suatu malam sekitar jam 20.00 dimana waktu itu diriku hampir setengah sadar antara berpijak di bumi dan melayang di alam bawah sadar, antara masih setengah tidur setengah terjaga, bahasa jadulnya "merem-merem melek".
Sebenarnya bukan aku banget tidur jam segitu (aku termasuk makhluk nocturnal juga hehehe,,,), cuma karena cape banget cos sudah beberapa hari ada pelatihan di kantor, ditambah malam sebelumnya terpaksa begadang en nginap di kantor, ada pelatihan Bintalsik.

Begini ceritanya,,

Saat tubuh ringkihku sudah melesak menyatu dengan kasur yang sudah tidak empuk lagi (hihihi,,, lebayy :)), masuklah sms di hp boengasku dari seorang akhwat. Sebelumnya perlu diketahui akhwat ini temanku sejak kuliah dulu, satu angkatan. Dia sahabatku, saudariku, partner dakwahku, satu di antara ”keluarga” kecilku. kami bersama dalam mengkaji islam, memperbaiki diri, dia akhwat yang melankolis banget.

Setelah lulus kuliah kami memang sudah jarang berhubungan intim, jarak yang lumayan jauh telah memisahkan kami. Komunikasi hanya berlanjut via sms en telpon-telponan, namun sinyal hati kami berdua sangatlah kuat, melebihi sinyal telkomsel dan indosat (ups, jadi nyebut merek neh,, hehehe). sayangnya kami ga bisa berchatting ria cos di kampungnya sekarang belum ada warnet.

Singkat kata singkat cerita, malam itu dia ngirim sms ke aku yang isinya
”Dan nafas cintanya meniup kuncupku mekar jadi bunga. Ukh,,, galau itu hadir lagi, menyesakkan, mengalirkan air mata. Ia datang dengan tiba-tiba, mengalir lembut tanpa mampu dicegah. Sungguh... aku ingin ia tetap ingin menjadi rahasia, namun sesak itu menyiksa”

Sempat kaget juga setelah membaca sms itu, terbayang masa-masa kuliah dulu. Dan, ahh,, ternyata temanku yang satu ini masih memendam rindu, menyimpan cinta, menaruh satu harapan pada seorang ikhwan dari masa kuliah sampai sekarang ini. Cinta sebelum waktunya.
Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa ku pencet tuts di hp untuk membalas smsnya ”jangan biarkan bunga mekar sebelum waktunya, karena akan ada bagian bunga yang bakal tumbuh tak sempurna. Begitu juga halnya cinta, jangan biarkan ia bersemi sebelum waktunya...sakit...”

Kupikir setelah sms terkirim, perbincangan kami sudah berakhir malam itu, ternyata tidak, dia merespon balik smsku
”Ukh, saya harus bagaimana... kuncup itu sudah mekar dan tak mungkin kembali seperti semula...sakit, memang!! Harusnya sejak awal ia tumbuh tetap menjadi rahasia, tak seorangpun mengetahuinya, hingga tak ada pupuk yang menyebabkannya tumbuh subur dan bersemi sebelum waktunya”.

Kukirimkan lagi pesan cinta untuknya, dan kali ini agak tegas
”Yaudah sekarang saatnya anti membonsaikan pohon cinta anti, pangkas akarnya, jangan biarkan dia tumbuh besar dan mekar. Coba sekarang anti bayangkan klo suatu saat anti menikah dengan orang lain, trus dia pulang dalam keadaan lelah karena mencari maisyah untuk anti dan keluarga, namun ternyata sebenarnya cinta pertama anti bukanlah untuk dia, apakah anti tidak kasihan dengan dia??... Klopun nantinya anti nikah dengan orang yang anti inginkan. tidak menutup kemungkinan juga bisa menghadirkan kekecewaan karena setelah bersamanya, yang anti harapkan dan impikan ternyata beda”

***

Walhasil,,, kesimpulan
Dari kisah di atas, dapat kita tarik benang ijonya (yuk rame-rame bikin jahitan hehehe). Ternyata yang namanya VMJ (virus merah jambu, red) tidak hanya menjangkiti orang ammah, tapi juga menyerang ganas para aktivis dakwah.
Mungkin kita bisa berdalih, siapa seh yang bisa memutuskan kapan cinta harus hadir dan kepada siapa cinta harus tumbuh?
Tak ada memang! Sebab cinta adalah anugerah, cinta itu fitrah. RahasiaNya yang unik dan barangkali tak selalu bisa diuraikan, cinta tak terdefinisikan. Sungguh adalah fitrah jika manusia ingin dicintai dan mencintai, cinta itu adalah anugerah yang terindah dariNya, cinta itu adalah cinta.
But galz, cinta juga bisa ditanam, bisa dipupuk, en bisa tumbuh subur dalam hati kita, cinta juga bisa diundang.. Siapa yang melakukannya?
Ya! Kita!! kita-lah yang merawat bunga cinta itu hingga semakin bersemi dengan indahnya. Kita membiarkan namanya mengisi relung-relung hati kita, senang mendengar namanya disebut, senang memupuk rindu, memikirkannya, mendambanya, dan berharap dia datang menyambut cintamu (so sweet..!! ehm,,ehm nyadar non nyadar belum waktunya kalee).

So, akhirul kalam, bagi yang telah terlanjur jatuh cinta sebelum waktunya, mungkin sekarang saatnya untuk kita menitipkan cinta pada Allah, Sang pemilik cinta... yang menggenggam cinta.
“Masih banyak agenda dakwah yang menuntut peran nyata kita”


Dalam hati ini
Bergejolak hasrat jiwaku menggebu
Ingin kuluahkan
Namun ku takut
Allahkan murka kepadaku

Hasrat jiwa itu
Kuingin agar diri ini engkau cintai
Namun yang kutakut
Allah pupuskan cintaNya kepadaku... (Dawai hati 2)



N/b: tiada maksud untuk menyentil seseorang apalagi mengghibah, sekedar sebuah cerita untuk direnungkan, terutama diriku pribadi.

2 komentar:

nop.rianti 23 Februari 2009 pukul 13.05  

cinta...?!
kayaknya kenal deh?!
dimana ya?!

coey_paringin 1 Maret 2009 pukul 23.54  

hmm,,,
dikala kita berada di puncak kelelahan, di suatu siang yang panas...
saat itu dirimu bertanya "kalau seandainya cinta itu terjadi padaku" :)

Posting Komentar