Mozaik PER-EMPU-AN

Banyak tulisan yang berkisah tentang perempuan, namun sampai akhir jamanpun kisahnya tak pernah berakhir. Seperti cinta yang tak terdefinisikan, pun halnya dengan perempuan tak terdefinisikan.
Menulis tentang perempuan pada dasarnya menulis tentang kehidupan. Sebab secara silsilah biologis maupun secara naluri psikologis sepakat atau tidak, setiap manusia berhutang budi pada perempuan.Nabi Adam, meski tidak dilahirkan oleh seorang ibu biologis, tapi kesendiriannya di surga terobati dengan diciptakannya Hawa. Ia ditakdirkan mengawali realisasi kehidupan di bumi bersama seorang perempuan.

Bisakah kita membayangkan bahwa bumi yang kini dihuni lebih 6 milyar manusia pada mulanya hanya diisi 2 orang saja? Berapa jengkalkah dari bagian bumi yang sudah dipijak oleh mereka berdua? Berapa luaskah cakrawala ini dapat ditembus pandangan mata mereka?

Lalu dari manakah keramaian itu bermula? PEREMPUANLAH PERMULAANNYA. Tidak dipungkiri dalam literatur klasik tentang seks yang ditulis para ulama, ditemukan satu riwayat tentang hubungan seks pertama antara Adam dan Hawa.
Setelah hubungan seks itu selesai.
Tiba-tiba Hawa bertanya kepada Adam ”apakah ini namanya?”
Lalu Adam menjawab ”ini Jima’, kenapa?
Hawa menjawab lagi ”Mau minta tambah”

Hubungan itu akhirnya mengubah seluruh wajah kehidupan. Pasangan yang kesepian itu akhirnya membuahkan kehidupan yang ramai. Adam dan Hawa beranak pinak hingga melahirkan empat puluh pasang manusia, terbentuklah sebuah keluarga yang ramai. Lalu berkembang jadi suku. Suku-suku berkembang menjadi rumpun-rumpun komunitas yang lebih besar yang kita kenal sekarang dengan bangsa.

Sekarang ketika kehidupan manusia makin ramai, kota-kota makin banyak, perempuan bukan saja bertambah secara populasi melebihi laki-laki, tapi juga peran-peran penting dalam kehidupan. Pertumbuhan populasi ini dan peningkatan peran-peran perempuan dalam sosial-politik ini niscaya menguatkan ramalan, bahwa perempuan akan menjadi pemicu paling efektif dalam proses demokratisasi sekarang dan di masa yang akan datang. Ketika EMANSIPASI BUKAN LAGI SEBUAH MIMPI.

Peradaban kita akan menjadi indah ketika ber-empu pada perempuan. Sebab perempuan, seperti kata Buya Hamka, adalah per-empu-an atau tempat bersandar. Sebab perempuan seperti kata Alqur’an, adalah tempat kita menemukan ketenangan.

3 komentar:

neng nopri 22 April 2009 pukul 14.20  

uhm...
so, 40 pasangan terlahir dari rahim Hawa ya bu?!:p
subhanallah.

Novianto 23 April 2009 pukul 09.01  

Wanita... wanita... makhluk yang luar biasa

coey_paringin 24 April 2009 pukul 22.24  

perempuan memang hebat,,

penyempurna tulang rusuk yang hilang :)...

Posting Komentar