Ujian KF



Siang masih terik, matahari persis jatuh tepat di atas ubun-ubunku. Kupacu motor YupiterZ merahku dengan kecepatan sedang, speedometer menunjukkan kisaran 40-60 km/jam. Ingin kupercepat lagi laju motorku, namun itu tak mungkin, karena jalan yang kulewati aspalnya banyak yang berlubang dengan jembatan-jembatan yang sudah tidak layak lagi untuk dilewati.

Waktu itu tanggal 28 April, perjalananku menuju Desa Tundi Kecamatan Awayan yang berjarak kurang lebih 20 km dari kota Paringin. Tujuanku ke sana untuk mengantar soal ujian KF sekaligus menjadi pengawas ujiannya, secara aku sebagai penyelenggara KF di sana. Sebelum meneruskan menulis, ada baiknya aku bercerita tentang apa itu KF. Karena aku yakin tidak semua orang tahu tentang KF.

KF atau Keaksaraan Fungsional, adalah program pemerintah di bidang pendidikan dalam rangka pemberantasan buta aksara. Tujuannya membuat masyarakat kita melek aksara hingga tidak ada lagi warga Indonesia yang buta aksara. Sasaran program tentu saja warga yang belum bisa calistung (baca, tulis dan hitung), hingga warga belajarnya banyak para orang tua bahkan ada juga yang berusia lanjut alias jompo alias nenek-nenek. Dan SKB tempat aku bekerja yang memang konsen berkecimpung dalam dunia pendidikan nonformal dan informal mendapat jatah untuk membina 45 kelompok KF dengan warga belajar sebanyak 450 orang, yang tersebar di delapan kecamatan.

Singkat kata singkat cerita. Siang itu, dengan di bantu 2 orang tutor pengajar KF, ujian pun berlangsung. Saat berada di sana, saat mengikuti proses ujian berbagai macam perasaan berkecamuk dalam diri ini. Ada rasa bangga, haru dan lucu membaur jadi satu ketika melihat nenek-nenek ikut ujian KF. Berbagai tingkah pongah dilakoni mereka, persis seperti anak kecil yang baru ujian. Ada yang gugup. Ada yang tangannya gemetar, saat kudekati dan bertanya ”kanapa Ni jadi manggitir tangan pian” neneknya menjawab ”gugup cu ai”. Hehehe ada-ada aja,,,

Ada juga yang lucu saat sesi ujian membaca. Saat di suruh mengeja mereka dengan logat asli Banjar Pahuluan, mengeja kata-katanya seperti ini ”eS A Sa, sa leh; Teh u Tu, tu leh; SATU leh; atau Beh A Ba, ba leh; Hah A Ha, ha leh; Sa A Sa, sa leh; BAHASA leh”
Ya Allah,, saat itu aku ingin sekali tertawa ngakak mendengarnya, namun tawa itu kutahan sekuat tenaga agar tidak meledak. Takut neneknya tambah malu dan gugup.

Perasaan haru pun tak luput menyertai ujian itu, ada beberapa peserta yang menyerah tidak menyesaikan soalnya karena faktor usia. Mereka bilang pusing, mata sudah tidak jelas lagi melihat, semua huruf kelihatan jadi satu. Memang ku akui soalnya sangat banyak ada 10 lembar soal. Aku aja yang saat itu membantu membimbing menjawab soal ikut pusing apalagi nenek-nenek itu.

Masih banyak sebenarnya yang ingin kuceritakan tentang ujian KF kemarin, namun yang jelas perasaan salut, bangga, haru, bahagia dan lucu akan selalu membekas dalam diri. Dalam keterbatasan kekuatan, kemampuan fisik dan tenaga, ibu-ibu dan nenek itu tetap semangat untuk menuntut ilmu. Bahkan ada nenek yang memang sudah sangat tua, menulis huruf A saja tidak mampu dan tidak bisa, namun beliau tidak pernah absen mengikuti program KF. Padahal kalau ingin berpikiran sempit dengan kolerasi usia yang sudah tua, buat apa belajar calistung, toh tidak akan terlalu membawa manfaat yang banyak. Namun tidak bagi peserta KF, ada semangat besar dan tulus dalam mencari ilmu pengetahuan di sana, yang seharusnya di contoh oleh kita yang masih muda-muda ini.

Menjadi penyelenggara KF memberikanku banyak kisah, renungan, pengalaman dan refleksi dalam fragmen hidup ini. Dan satu hal yang akan selalu kurindukan dari desa Tundi, panorama alamnya yang Subhanallah,, sungguh menyuguhkan alam yang masih hijau dengan hamparan pegunungan yang mengelilinginya. Saat melewati sawah, kebun karet dan pengunungan membuat hatiku selalu mendendangkan syair :

sejuknya alam pengunungan, berhiaskan pepohonan
Jurang dalam tebing nan terjal, menambah kharisma pesona ciptaan Tuhan
Panorama langit biru, semburat awan berarak
Sengat mentari yang teduh, gegap gempita menggelora
Semesta membahana…
(terminal Alam; SPers)

6 komentar:

yatie 3 Mei 2009 pukul 11.12  

Pertamaxxx dulu...

yatie 3 Mei 2009 pukul 11.42  

ternyata banyak juga ych nenek2 yang masih berantusias buat bisa calistung..saya salut kpd mereka yg masih bisa menyempatkan ujian KF di tengah2 rutinitas mereka yg sangat padat.

syafwan 3 Mei 2009 pukul 11.52  

Aku ngakak bayangin cara mengeja itu, sekaligus meringis perih melihat kesungguhan mereka. Menuntut Ilmu tak pandang usia. Aku malu pada diriku. Untungnya aku masih punya rasa malu.

manusiahero 3 Mei 2009 pukul 12.52  

KF apa ya..

wkwkw gaptek2,..

berjuang.. :D

coey_paringin 4 Mei 2009 pukul 13.48  

yatie : yup benar sekali sis,, di tengah sesibukan memantat, bahuma, ngurus anak, ngurus cucu... pokoke 2 jempol untuk mereka yang ikut program KF

syafwan : syukurlah kamu masih punya malu bro,,,

manusiahero : KF = Kepala Fusying,, :D

manusiahero 6 Mei 2009 pukul 18.03  

yang benr artinya itu hahah

Posting Komentar